Minggu, 10 November 2013

Yasser Arafat dan Polonium-210

Siapa Meracun Yasser Arafat "Lebih Mirip Opera Sabun Ketimbang Sains", seperti itulah judul artikel dalam majalah detik edisi 102 yang terbit bulan November 2013.

Mantan orang nomor satu di Palestina tersebut pada tahun 2004 di Ramallah setelah mengikuti perjamuan makan mengeluh sakit perut dan daerah sekitar ginjalanya, muntah-muntah, kulitnya kekuningan dan ada lingkaran kemerahan di wajahnya. Berulang kali dia harus ke toilet karena mengalami diare berat. Hal tersebut terjadi selama lebih dari dua pekan sehingga berat badannya melorot hingga 4 kg. Melihat gejala tersebut tentu sebagian besar dokter akan mengatakan kepada kita bahwa itulah tanda-tanda keracunan.

Atas restu dari istri Arafat, stasiun televisi Al jazeera meminta tim peneliti dari Universitas Lausanne bersama University Center of Legal Medicine, Swiss, menguji catatan medis dan beberapa barang peninggalan Arafat. Hasilnya Francois Bochud dan timnya menemukan ada jejak polonium-210 pada barang-barang pribadi Arafat seperti kafiyeh, sikat gigi, dan bajunya. Unsur polonium memang bisa ditemukan bebas di alam, tapi Bochud menyimpulkan polonium pada pakaian Arafat tersebut bukan berasal dari sumber alamiah.

“Hasil penelitian ini menghapus semua keraguan. Sudah terbukti secara ilmiah bahwa Arafat tak meninggal secara alamiah. Bukti ilmiah ini membuktikan bahwa dia mati dibunuh,” kata Suha Arafat. Jari Suha tak menunjuk siapa “tersangka” utama yang meracuni suaminya. Tapi, seperti biasa, Israel menjadi tertuduh pertama.

Pemerintah Israel membantah berada di balik kematian Arafat, musuh lamanya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Yigal Palmor, malah mengkritik uji forensik sampel dari makam Arafat. “Lebih mirip opera sabun ketimbang sains,” ujarnya.

Menurut Paddy Regan, profesor fisika di Universitas Surrey, Inggris, polonium-210 hanya punya waktu paruh 128 hari. Padahal sampel itu diambil setelah delapan tahun Arafat dikubur, sehingga sangat sulit untuk menghitung berapa banyak kandungan polonium saat Abu Ammar berpulang. “Itu seperti orang buta yang memegang ekor gajah dan diminta menaksir berapa berat total gajah itu,” Paddy memberikan analogi.



Gonjang ganjing kematian Yaser arafat tetap tidak akan bisa menggerus pengaruh kepemimpinan beliau di hati warga Palestina dalam membela hak-hak mereka yang sudah direnggut oleh Zionis Israel selama bertahun-tahun lamanya. Beliau meninggal sebagai syahid dan sebagaimana Janji Allah kepada mereka yang mati syahid yaitu akan dimasukkan kedalam surgaNya.