Minggu, 26 April 2015

Jangan Ucapkan Selamat Ulang Tahun Padaku

Tanggal 27 April adalah hari kelahiranku berdasarkan penanggalan Masehi. Tetapi saya lebih senang menggunakan penanggalan islam untuk menandai hari kelahiranku. Karena pada hakekatnya kita terlahir dalam keadaan Islam.

Alhamdulillah, pada bulan yang penuh berkah, bulan yang lebih baik dari seribu bulan, tepatnya pada tanggal 21 Ramadhan 1409 Hijriah, Allah Azza wa Jalla mengizinkanku untuk merasakan udara segar dunia, yang akan menjadi tempat persinggahan sementaraku untuk menyiapkan bekal kembali ke kampung halaman yang kekal selama-lamanya, surga Allah yang luasnya seluas langit bumi.

Saya menyadari bahwa, umurku di dunia ini hanya sementara. Umur umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam itu hanya sekitar 63 tahun (dihitung berdasarkan penanggalan Hijriah) dan cuma sedikit yang lebih dari itu. Dan Allah Azza wa Jalla telah menakdirkan, berapa lama kita berada di dunia ini. Kapan saja, kita bisa kembali kepadaNya, dimana saja dan dalam keadaan apa saja, malaikat maut siap untuk menjemput kita. Karena kematian itu bisa datang kapan saja. Oleh karena itu, setiap detik yang kita habiskan di dunia ini sangat berharga.

Allah Ta’ala telah mengingatkan kita, dalam Al-Qur’an sura Al Ashr yang artinya:

“Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, saling nasehat-menasehati dalam kebenaran, dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran.”

Sesungguhnya setiap detik umur kita di dunia ini berkurang dan tidak ada yang tahu berapa jatah umur yang diberikan oleh Allah kepadanya. Oleh karena itu dengan bertambahnya usia seharusnya menjadi pengingat bahwa semakin dekatnya kita kepada perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla. Apakah, bekal kita sudah cukup untuk berjumpa dengan-Nya di surga, ataukan justru sebaliknya, kita akan tersunggku, terjatuh kedalam neraka Jahannam? (semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita). Sehingga kurang pantas rasanya jika kita mengucapkan selamat ulang tahun dan merayakannya.

Oleh karena itu, Jangan Ucapkan Selamat Ulang Tahun Padaku.

*******

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mengadakan perayaan ulang tahun selama hidupnya, tidak pernah memerintahkan pun tidak ada dari sahabat yang melakukannya. Demikian pula para Al-Khulafaur Rasyidun, para sahabat Nabi semuanya tidak pernah mengerjakan perbuatan itu, padahal mereka adalah manusia paling tahu terhadap sunnah-sunnah Nabi dan manusia yang paling disukai oleh Nabi serta paling gemar mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh Nabi.

Jika perayaan ulang tahun disyari'atkan, tentu mereka melakukannya. Demikian para ulama terdahulu, para Imam yang utama seperti Imam Syafi'i, Malik, Abu Hanifah, dan Ahmad, tidak ada yang mengerjakannya, tidak pula memerintahkannya.

Persoalannya, Kapan hal tersebut mulai dilakukan kaum muslimin?
Jawabannya ketika orang-orang Barat menjajah negeri-negeri kaum muslimin.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin (rahimahllah) menjelaskan: “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.

Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan: “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk “semoga Allah menjauhkan kita darinya” hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka”.

Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah:

Tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu.

Dalam mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada.

Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.

Wallahu’alam.
Semoga bermanfaat.