Selasa, 24 Januari 2017

Rindu Ibuku


Rindu Ibuku

Kududuk seorang diri
Di bawah pohon pinus yang berjajar rapi
Sembari meminum secangkir kopi
Yang menemaniku di sejuknya sore hari

Riak ombak yang menari-nari
Menggoda hayalku tuk berimajinasi
Menjelajahi luas samudra yang tak bertepi
Menerawang jauh ke dalam sepi

Sembari mataku ikut menyaksi
Melihat sang ibu dan anaknya beraksi
Berlari-lari dan tak mau berhenti
Membuat sang ibu siaga tingkat tinggi
Demi menjaga si buah hati

Namun...
Tiba-tiba sadarku menyentuh hati
Teringat tangisan sedih dari sang abi
Mengantar ibuku yang telah pergi
Jauh dan tak akan kembali

Oh Tuhan sang Illahi Rabbi
Hati ini rindu sekali
Rindu ibuku yang telah pergi
Kini sendiri di lubang yang sepi

Sungguh durhaka diri ini
Yang lalai berbenah diri
Meski untuk berdoa di waktu sepi
Seolah tak ada waktu lagi

Oh Tuhan Sang Illahi Rabbi
Pemilik samudra yang tak bertepi
Kumohon, kabulkan doa ini

"Allahummagfirlii waliwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayani shaghira"
Aamiin ya Rabbal alamin 

Baubau, 08012017
SahrulMadan Apt.

Bu Nurmin Membakar Semangatku tuk Berbagi


Jum'at 23 Des '16, selepas sholat maghrib dengan mengendarai si Duldul, saya mengelilingi pusat Kota Baubau untuk survei target BPS (Berbagi Paket Semabko). Setelah melewati lapangan tembak, pas di perempatan jln. kelapa, saya berhenti tidak jauh dari klinik bersalin. Dari kejauhan, saya amati seorang Ibu paruh baya dengan pakaian lusuh memikul 3 karung hasil mengais barang bekas dibahunya. 

Saat itu, kendaraan agak lenggang, tetapi dia terlihat ragu untuk menyebrang. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya berhasil juga. Diseberang jalan, beliau masih sempat mengecek tong sampah, berharap ada tambahan buat mengisi karungnya yang masih lowong. Saat itulah saya meluncur untuk mendekatinya.


Saya: Ibu tinggal dimana?
Bu Nur: di pala tiga, belakangnya rumah kembar.
Saya: Oo (agak bingung). Sinimi saya antar?
Bu Nur: Tapi saya mau singgah di situe belikan roko suamiku.
Saya: Suamita dakerja apakah?
Bu Nur: Eh kasian, da sudah tua, da sudah putih rambutnya, da cuman menanam2 itue di depan rumah.
Saya: Kastau suamita, berhentimi da merokok, nanti dasakit paru-parunya. Hehe Sinimi sa antar?
Bu Nur: Tidak apa-apakah?
Saya: Tidak ji, sinimi.
Bu Nur: Tapi saya mau singgah lagi di rumahnya itue, tetanggaku. Samau kasi singgakan ini telur sama gula pasir. Untuk 7 malamnya. Saya tidak enak juga, yang lain dasumbang baru saya tidak.
Saya:  (perasaanku bercampur aduk, seperti ditampar dari tidurku, woe bangun, beliau saja mau berbagi, akh, saya hanya terdiam, untung saya laki, kalo nda, mungkin air mataku jatuh, hehe)
Bu Nur: Tidak apa-apakah kalau kita bawa malam2? (Tanyanya dgn polos)
Saya: Nda apa-apaji, sinimi saya antar,
Bu Nur: Tapi bajuku dakotor, terus bau?
Saya: Kalau begitu, nanti besokpi kita antarkan itu, sinimi saya antar ke rumahta, sapa tahu besok2 saya jalan2 ke rumahta bawa sembako.

Akhirnya beliau mau juga saya antar pake motor bututku.

Alhamdulillah, tanggal 1 Januari 2017, saya kembali ke rumahnya membawa Paket Sembako, donasi dari sobat KSB. Seperti biasa, kami tak ingin berlama-lama di lokasi, melihat mereka tersenyum sudah cukup untuk mengobati hati yang kotor ini.


Terimakasih Bu Nur, Engkau telah mengajarkan kami tentang arti berbagi. Membakar semangatku tuk terus berbagi. :)

Baubau, 030117
Madanosin, Sahrul|Madan