Dulu, manusia itu ketika sakit maka secara fitrah mereka akan mencari tahu cara untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Seperti halnya ketika lapar, maka manusia akan mencari makanan untuk mengobati rasa lapar yang dia alami.
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya
ilmu pengetahuan, maka munculah dokter, perawat, apoteker, dan lainnya. Dokter
mengurusi seputar diagnosa penyakit, perencanaan terapi pasien dan lainnya.
Apoteker mengurusi soal obat-obatan. Perawat mengurusi soal perawatan pasien,
dan lain sebagainya. Semua saling berkaitan satu sama lain, saling mendukung
demi kesembuhan pasien.
Pada kasus penyakit yang ringan tidak
sedikit dari masyarakat yang memilih untuk mengobati dirinya sendiri. Berdasarkan
data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa lebih dari 60% masyarakat Indonesia melakukan pengobatan
sendiri.
Apalagi jika tinggal di daerah terpencil
yang jauh dari akses pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau sejeninya. Masyarakat
biasa mengobati diri sendiri dengan menggunakan bahan alam atau obat
tradisional yang mereka dapatkan secara turun temurun.
Sehingga di era modern seperti sekarang
ini, kegiatan pengobatan mandiri itu sudah menjadi hal yang lumrah terjadi.
Apalagi akses internet yang terbilang mudah, membuat setiap orang bisa saling
berbagi informasi terkait kondisi kesehatannya. Atau cukup dengan mencari di
platform google, maka informasi terkait perasaan atau penyakit yang diderita
akan muncul.
Kebiasaan mengobati diri sendiri ini
dikenal dengan istilah SWAMEDIKASI.
Swamedikasi merupakan bagian dari upaya
masyarakat untuk menjaga kesehatannya sendiri. Swamedikasi didefinisikan
sebagai penggunaan obat (moderen dan/atau tradisional) untuk pengobatan sendiri
tanpa berkonsultasi dengan dokter baik untuk diagnosis, resep, atau pengawasan
pengobatan.
Upaya pengobatan sendiri ini telah umum
dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan
seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, diare, penyakit
kulit, dan penyakit ringan lainnya
obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat-obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter (OTR). Obat yang termasuk
OTR meliputi OWA (obat wajib apotek) atau obat keras yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter, Obat bebas terbatas (obat yang aman dan manjur apabila
digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan yang terdapat pada label),
dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa pengawasan).
Jadi terkadang masyarakat modern saat ini
dengan berbekal informasi dari media sosial, internet, iklan di tv, teman atau
keluarga, mereka kemudian ke apotek atau toko obat untuk membeli obatnya.
Jadi muaranya itu ke Apotek semua. Oleh
karena itu, disini apotek memiliki peranan yang sangat penting dalam proses swamedikasi
atau pengobatan mandiri. Sehingga sangat penting, apotek itu di kelola dan
dijaga oleh orang-orang yang kompeten di bidang obat-obatan yaitu Apoteker atau
tenaga teknis kefarmasian.
Apotek bisa menjadi banteng terakhir yang
menjaga agar pasien tidak salah informasi seputar obat atau salah minum obat.
Misal masyarakat mendapatkan informasi yang salah atau hoax seputar obat, maka
apoteker bisa meluruskan, bahkan bisa menahan untuk tidak memberikan obatnya,
atau menyarankan agar pasien untuk segera ke Puskesmas atau Rumah sakit agar
mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
Sekian tulisan kali ini, semoga bermanfaat,
Kunjungi akun Instagram dan youtube kami SahrulMadan
Apt, untuk update informasi lainnya. Terimakasih.
Nonton video podcast lengkapnya melalui link youtube berikut ini:
https://youtu.be/U34qNlj9dd0?list=PLCy4GjXGHmgrIZxI3FuOoklr5DWQXKqUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar