Rabu, 11 Januari 2012

Perjalananku ke Tolandona

Kalian tahu tidak apa itu Tolandona ?

Buat yang belum tahu, baca sampai selesai tulisan ini dijamin dijamin kamu bakalan tahu walaupun hanya sedikit. !!!

Tolandona itu adalah sebuah desa kecil yang berada di kawasan Sulawesi tenggara tepatnya di kabupaten Buton, kecamatan sangia wambulu, kelurahan Tolandona.

Tolandona terletak di bagian tanjung daratan pulau Muna yang berdekatan dengan kota Baubau  atau di selat Buton tepatnya. Jika kita naik kapal cepat (cantika express, sagori, dll) menuju ke Raha-Kendari dari Kota Baubau maka kita akan melewati Tolandona, dia tanjung pertama sebelah kiri yang kita temui. 



Jumlah penduduknya tidak terlalu banyak dan semuanya ramah serta bersahabat. Penghasilan utama masyarakatnya adalah nelayan dan bertani agar-agar. Selain itu ada juga yang menjadi PNS, pengusaha, dan perantau. Masyarakatnya hanya satu dua orang yang berkebun. Mereka lebih suka menjadi nelayan atau merantau ke kampung orang seperti Kalimantan, Timika, Ambon, Papua, Wamena, Tual, Taliabo, dll. Nanti dekat-dekat idul fitri baru mereka kembali ke kampong.
Tingkat pendidikan masyarakat lumayan maju, fasilitas pendidikan tersedia dari TK, SD, SMP, hingga SMA. Untuk tinggkat universitas mereka rata-rata ke Kota Baubau atau ke luar daerah seperti Makassar.
Tingkat ekonomi masyarakatnya masih terbilang rendah karena mayoritas masyarakatnya adalah nelayan. Pasarnya masih tradisional, dibuka dua kali seminggu yakni hari senin dan Jum’at. Tetapi kebutuhan sehari-hari tetap tersedia di warung-warung atau biasa dijajakan di pinggir-pinggir jalan.

Itu sekilas tentang  Tolandona, sekarang saya ingin bercerita tentang perjalananku ke Tolandona. Kemarin tapatnya tanggal 3 januari 2012 jam 10.00 wita saya berangkat dari pelabuhan jembatan batu kota Baubau menuju ke desa Tolandona dengan menaiki jonson, perahu sedang sejenis katinting tetapi agak besar. 

 Jembatan batu kota Baubau

 
                     
 Pelabuhan Tolandona

Dalam perjalanan, diantara kota Baubau dan Wamengkoli ombaknya sangat tinggi setinggi jongson yang kami naiki. Sepanjang perjalanan jongson yang kami naiki terombang ambing oleh ombak seperti bermain ayunan. 

Bayangkan saja, jongson sekecil itu berhadapan dengan ombak yang lebih gede darinya, kalaw perahu mungkin sudah terbalik saking besarnya tuh ombak. Perjalanan ke Tolandona kurang lebih memakan waktu 45 menit, biayanya per orang Rp 8.000,00, Rp 20.000,00 jika membawa motor. Untung tuh jongson punya bapak saya, jadi kami nda bayar alias gratis.

Mau liat bentuk jongson kayak apa, nih gambar jongson kami sebagai contoh :


Oh iya, selama di Tolandona saya sempat motret sedikit. Semoga bisa memberi gambaran kepada pembaca sekalian, siapa tahu besok lusa anda terdampar atau tersesat di Tolandona.!!!                                                       
         Tanjung (dusun Bone)


Permandian Kade ula, airnya tawar dan dingin sangat.

Permandian air tawar, satu kompleks dgn yg di atas.

Jembatan dusun Matanaeo, sedang mancing cumi-cumi

Katingting vs chantika express, di potret dari jembatan di atas saat sore hari.
 

Nelayan pergi mencari ikan 

kapal rusak 

 Dusun Matanaeo

Selat buton di ambil dari desa Baruta 

Dusun Sukanaeo 


Di Tolandona saya menginap di rumah nenekku, tapi kakek dan nenekku sudah meninggal jadi bapakku yang tinggal di situ. Ini gambar rumahnya :


Keberadaanku di Tolandona, hanya 22 jam saja dimana tepat jam 7 pagi keesokan harinya saya akan kembali ke Baubau menggunakan jongson kami yang satunya lagi. 
Walaupun hanya 22 jam saja tetapi cukup mengasikkan. 
Demikianlah perjalananku ke Tolandona, aku pasti akan merindukannya.

1 komentar: