Bismillahhirrahmaanirrahim,
Pembaca
sekalian, pengunjung setia blogku yang tercinta ini, semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa memberikan
kesehatan kepada kita semua dan kita senantiasa istiqomah di atas hidayah Allah
Jalla Jalaluh.
Allahumma
shalli Ala Muhammad, wa ala allihi Muhammad.
Pada
tulisan kali ini dan Insya Allah beberapa tulisan berikutnya, saya akan
mengangkat topik tentang kesehatan. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan
perkara yang sangat penting, karena hal tersebut berhubungan erat dengan kekhusuan
kita dalam beribadah kepada Allah Rabbul
Izzati wal Jalalah. Tubuh yang sehat dan hati yang bersih dari dosa akan
menambah kenikmatan dan kelezatan mencintai Allah Ta’ala pemilik Alam semesta. Oleh karena itu sebagai seorang
muslim, kita dituntut untuk sebisa mungkin menjaga kesehatan tubuh dan
menjauhkannya dari hal-hal yang dapat mendatangkan penyakit.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, nabi
kita tercinta telah mencontohkan banyak hal yang dapat kita lakukan untuk
menjaga kesehatan tubuh dan kebersihan hati kita. Di antaranya telah saya
jabarkan secara singkat pada tulisan-tulisan sebelumnya yang berjudul makan dan minum sebagai pokok pengobatan
dan nasehat-nasehat pengobat islam dalam
menjaga kesehatan serta beberapa tulisan lainnya. Dan untuk tulisan saya
kali ini berjudul “Setiap Penyakit Ada
Obatnya”.
Setiap penyakit ada obatnya.
Bagi
anda yang masih ragu akan pernyataan tersebut, bacalah tulisan ini sampai
selesai, semoga Allah Ta’ala membuka
pintu hati dan pikiran kita dan menjauhkannya dari belenggu syetan laknatullah.
Telah
disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhary,
dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam, beliau bersabda:
“Allah
tidak menurunkan penyakit melainkan juga menurunkan penawar baginya.”
Hal
tersebut menunjukkan bahwa Allah Azza wa
Jalla, ketika menurunkan penyakit ke muka bumi, maka Allah juga akan
menurunkan penawar bersamanya atau obatnya. Jadi penyakit dan obatnya itu turun
secara bersamaan. Dan penyakit yang dimaksud di sini bukan hanya penyakit yang
menyerang tubuh saja, tetapi juga penyakit yang menyerang Qolbu atau kita kenal dengan istilah penyakit hati.
Untuk
mengobati penyakit Qolbu, maka satu-satunya jalan adalah dengan kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam karena perkara
Qolbu sangat berkaitan erat dengan keimanan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasulnya. Mengobati penyakit
Qolbu ini adalah perkara yang sangat penting dan utama dibandingkan dengan
mengobati penyakit badan.
Kenapa?
Karena seseorang yang terdapat penyakit di Qolbunya dan dia tidak berusaha
untuk menyembuhkannya, maka ketika ajal menjemput, dikhawatirkan Allah Azza wa Jalla akan menjerumuskannya ke
dalam Neraka Jahannam. Wa naudzubillah.
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam telah
mencontohkan kepada kita umatnya perihal cara-cara untuk mengobati penyakit
Qolbu ini. Dan ulama-ulama, ustadz-ustadz kita telah banyak menuliskan
buku-buku yang membahas tentang perkara tersebut. Selain itu, ceramah-ceramah
dalam bentuk video, mp3, dan artikel-artikel telah tersebar luas di media
massa. Kita tinggal menumbuhkan keinginan dan kemauan dari dalam diri kita
untuk membaca dan mempelajarinya. Semoga Allah Azza wa Jalla, memudahkan langkah kita untuk melakukannya.
Jadi,
penyakit Qolbu dapat disembuhkan dengan menjalankan perintah dan menjauhi
larangan Allah Ta’ala atau dengan bertaqwa
kepada Allah Ta’ala sesuai dengan sunnah/ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan
demikian, kesembuhan yang kita dapatkan bukan hanya bermanfaat di dunia tetapi
akan mengantarkan kita kepada Surga
Allah yang luasnya seluas langit dan
bumi.
Kemudian, “Bagaimana dengan penyakit
yang menyerang tubuh?”
Secara prinsip, cara untuk mengobati
penyakit yang menyerang tubuh sama dengan cara untuk mengobati penyakit yang
menyerang Qolbu. Untuk mengobati penyakit tubuh yang kita
derita, caranya adalah dengan mengikuti perintah atau instruksi dari pengobat
dan menjauhi larangan atau pantangan yang disampaikan. Jika kita melanggar,
maka pengobatan yang kita lakukan akan sia-sia, bahkan dapat berakibat fatal
berupa kematian.
Sebagai
contoh, seseorang yang menderita penyakit gout
atau kelebihan asam urat, maka
salah satu obat yang diberikan adalah obat analgetik untuk menghilangkan rasa
nyeri yang ditimbulkan dan penderita dianjurkan untuk menghindari makanan,
minuman dan hal-hal yang dapat memicu peningkatan asam urat dalam tubuhnya.
Jika pantangan atau larangan tersebut dilanggar atau tidak dipatuhi maka
intervensi obat analgetik yang diberikan tidak akan berarti apa-apa karena rasa
nyeri akan terus muncul.
Contoh
yang lain adalah, seseorang yang menderita penyakit diabetes. Oleh pengobat diberikan obat anti diabetik oral (ADO)
dengan aturan pakai 3 kali sehari, (1
butir untuk satu kali minum). Penderita juga dinasehati untuk diet
karbohidrat dengan mengatur asupan karbohidrat dalam tubuh. Tetapi, karena ketidak patuhan penderita terhadap instruksi pengobat, obat ADO
yang harusnya diminum 3 kali sehari 1 butir justru diminum 3 butir sekali minum dengan harapan glukosa daranya cepat menurun.
Hal tersebut adalah sesuatu yang fatal, karena dapat menyebabkan hipoglikemia (penurunan kadar gluksa darah yang drastis) dan dapat berakibat shock diabetic (pingsan) yang jika tidak diberi asupan glukosa secara cepat dapat
menyebabkan kematian.
Dengan
demikian, kepatuhan mengikuti perintah dan menjauhi larangan /pantangan sangat
penting untuk mencapai keberhasilan dalam proses terapi/pengobatan penyakit
tubuh.
*******
Ada
sebuah hadits yang cukup menarik terutama bagi seorang farmasis yang setiap
harinya bergelut dengan dunia obat-obatan. Hadits ini seharusnya menjadi dasar
yang kuat untuk mendorong farmasis muslim dalam mengembangkan keilmuannya
dengan melakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian perihal obat-obatan.
Hadits
ini diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dalam musnadnya,
disebutkan dari hadits Usamah bin Syarik, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabada,
“Sesungguhnya
Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan juga menurunkan penawar
baginya, yang diketahui orang yang memang mengetahuinya dan tidak diketahui
orang yang memang tidak mengetahuinya.”
Dengan
demikian, sebagai seorang muslim kita harus meyakini bahwa suatu penyakit itu
pasti memiliki obat atau penawarnya. Dan obat atau penawarnya tersebut hanya
diketahui oleh orang-orang tertentu yang Allah Ta’ala berikan pengetahuan kepadanya. Pengetahuan tentang
obat-obatan adalah bidang keahlian seorang farmasis.
Maka sudah sepatutnya kita berbangga diri, karena Allah Ta’ala melebihkan kita farmasis perihal pengetahuan tentang
obat-obatan tersebut.
Hal
ini menunjukkan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pekerjaan yang mulia karena berkaitan dengan
kemaslahatan ummat. Sehingga mempelajari,
menggali, mengkaji, meneliti, menemukan hal-hal baru tentang obat-obatan
tersebut akan mendatangkan pahala jariyyah selama bermanfaat bagi ummat Islam.
Pahala tersebut akan terus mengalir dan insya Allah akan mengantarkan kita ke
syurga Allah Azza wa Jalla.
Oleh
karena itu, tidak ada alasan bagi seorang farmasis
muslim untuk bermalas-malasan dalam mengembangkan pengetahuannya,
mengajarkannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab,
kemajuan dunia obat-obatan, tanggungjawab terbesarnya terletak di pundak
seorang farmasis. Jika farmasis tidak
bisa menemukan obat baru, setidaknya seorang farmasis mampu memberikan
pelayanan informasi obat (PIO) kepada masyarakat, memberikan konseling, edukasi
kepada masyarakat terkait penggunaan obat yang baik dan benar. Sehingga
kegagalan-kegagalan dalam terapi penyakit dapat terhindarkan.
Abu Harits Al-Buthony mengatakan: “Badan yang sehat akan berimplikasi pada
ibadah yang kuat dan khusuk.”
Selain
itu, melalui hadits yang mulian ini, kita juga dapat menarik beberapa faedah
atau manfaat terkait pengobatan. Insya Allah pembahasan tentang faedah-faedah
tersebut akan saya bahas pada tulisan berikutnya.
Sepertinya
tulisan ini sudah cukup panjang, semoga pembaca sekalian tidak bosan dalam
membacanya, dan semoga pembaca sekalian dapat mengambil manfaat darinya. Yang
benar dari apa yang saya tuliskan datangnya dari Allah dan Rasulnya sedangkan
yang salah datangnya dari saya pribadi. Oleh karena itu mohon dimaafkan.
Sekian dan terimakasih.