Sabtu, 28 Maret 2015

Setiap Penyakit Ada Obatnya

Bismillahhirrahmaanirrahim,

Pembaca sekalian, pengunjung setia blogku yang tercinta ini, semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa memberikan kesehatan kepada kita semua dan kita senantiasa istiqomah di atas hidayah Allah Jalla Jalaluh.
Allahumma shalli Ala Muhammad, wa ala allihi Muhammad.

Pada tulisan kali ini dan Insya Allah beberapa tulisan berikutnya, saya akan mengangkat topik tentang kesehatan. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan perkara yang sangat penting, karena hal tersebut berhubungan erat dengan kekhusuan kita dalam beribadah kepada Allah Rabbul Izzati wal Jalalah. Tubuh yang sehat dan hati yang bersih dari dosa akan menambah kenikmatan dan kelezatan mencintai Allah Ta’ala pemilik Alam semesta. Oleh karena itu sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk sebisa mungkin menjaga kesehatan tubuh dan menjauhkannya dari hal-hal yang dapat mendatangkan penyakit.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, nabi kita tercinta telah mencontohkan banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan tubuh dan kebersihan hati kita. Di antaranya telah saya jabarkan secara singkat pada tulisan-tulisan sebelumnya yang berjudul makan dan minum sebagai pokok pengobatan dan nasehat-nasehat pengobat islam dalam menjaga kesehatan serta beberapa tulisan lainnya. Dan untuk tulisan saya kali ini berjudul “Setiap Penyakit Ada Obatnya”.  

Setiap penyakit ada obatnya.

Bagi anda yang masih ragu akan pernyataan tersebut, bacalah tulisan ini sampai selesai, semoga Allah Ta’ala membuka pintu hati dan pikiran kita dan menjauhkannya dari belenggu syetan laknatullah.

Telah disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhary, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

“Allah tidak menurunkan penyakit melainkan juga menurunkan penawar baginya.”

Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah Azza wa Jalla, ketika menurunkan penyakit ke muka bumi, maka Allah juga akan menurunkan penawar bersamanya atau obatnya. Jadi penyakit dan obatnya itu turun secara bersamaan. Dan penyakit yang dimaksud di sini bukan hanya penyakit yang menyerang tubuh saja, tetapi juga penyakit yang menyerang Qolbu atau kita kenal dengan istilah penyakit hati.

Untuk mengobati penyakit Qolbu, maka satu-satunya jalan adalah dengan kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam karena perkara Qolbu sangat berkaitan erat dengan keimanan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasulnya. Mengobati penyakit Qolbu ini adalah perkara yang sangat penting dan utama dibandingkan dengan mengobati penyakit badan.

Kenapa? Karena seseorang yang terdapat penyakit di Qolbunya dan dia tidak berusaha untuk menyembuhkannya, maka ketika ajal menjemput, dikhawatirkan Allah Azza wa Jalla akan menjerumuskannya ke dalam Neraka Jahannam. Wa naudzubillah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mencontohkan kepada kita umatnya perihal cara-cara untuk mengobati penyakit Qolbu ini. Dan ulama-ulama, ustadz-ustadz kita telah banyak menuliskan buku-buku yang membahas tentang perkara tersebut. Selain itu, ceramah-ceramah dalam bentuk video, mp3, dan artikel-artikel telah tersebar luas di media massa. Kita tinggal menumbuhkan keinginan dan kemauan dari dalam diri kita untuk membaca dan mempelajarinya. Semoga Allah Azza wa Jalla, memudahkan langkah kita untuk melakukannya.

Jadi, penyakit Qolbu dapat disembuhkan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Ta’ala atau dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala sesuai dengan sunnah/ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan demikian, kesembuhan yang kita dapatkan bukan hanya bermanfaat di dunia tetapi akan mengantarkan kita kepada Surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi.

Kemudian, “Bagaimana dengan penyakit yang menyerang tubuh?”

Secara prinsip, cara untuk mengobati penyakit yang menyerang tubuh sama dengan cara untuk mengobati penyakit yang menyerang Qolbu. Untuk mengobati penyakit tubuh yang kita derita, caranya adalah dengan mengikuti perintah atau instruksi dari pengobat dan menjauhi larangan atau pantangan yang disampaikan. Jika kita melanggar, maka pengobatan yang kita lakukan akan sia-sia, bahkan dapat berakibat fatal berupa kematian.

Sebagai contoh, seseorang yang menderita penyakit gout atau kelebihan asam urat, maka salah satu obat yang diberikan adalah obat analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri yang ditimbulkan dan penderita dianjurkan untuk menghindari makanan, minuman dan hal-hal yang dapat memicu peningkatan asam urat dalam tubuhnya. Jika pantangan atau larangan tersebut dilanggar atau tidak dipatuhi maka intervensi obat analgetik yang diberikan tidak akan berarti apa-apa karena rasa nyeri akan terus muncul.

Contoh yang lain adalah, seseorang yang menderita penyakit diabetes. Oleh pengobat diberikan obat anti diabetik oral (ADO) dengan aturan pakai 3 kali sehari, (1 butir untuk satu kali minum). Penderita juga dinasehati untuk diet karbohidrat dengan mengatur asupan karbohidrat dalam tubuh. Tetapi, karena ketidak patuhan penderita terhadap instruksi pengobat, obat ADO yang harusnya diminum 3 kali sehari 1 butir justru diminum 3 butir sekali minum dengan harapan glukosa daranya cepat menurun. Hal tersebut adalah sesuatu yang fatal, karena dapat menyebabkan hipoglikemia (penurunan kadar gluksa darah yang drastis) dan dapat berakibat shock diabetic (pingsan) yang jika tidak diberi asupan glukosa secara cepat dapat menyebabkan kematian.

Dengan demikian, kepatuhan mengikuti perintah dan menjauhi larangan /pantangan sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam proses terapi/pengobatan penyakit tubuh.

*******

Ada sebuah hadits yang cukup menarik terutama bagi seorang farmasis yang setiap harinya bergelut dengan dunia obat-obatan. Hadits ini seharusnya menjadi dasar yang kuat untuk mendorong farmasis muslim dalam mengembangkan keilmuannya dengan melakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian perihal obat-obatan.

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dalam musnadnya, disebutkan dari hadits Usamah bin Syarik, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabada,

“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan juga menurunkan penawar baginya, yang diketahui orang yang memang mengetahuinya dan tidak diketahui orang yang memang tidak mengetahuinya.”

Dengan demikian, sebagai seorang muslim kita harus meyakini bahwa suatu penyakit itu pasti memiliki obat atau penawarnya. Dan obat atau penawarnya tersebut hanya diketahui oleh orang-orang tertentu yang Allah Ta’ala berikan pengetahuan kepadanya. Pengetahuan tentang obat-obatan adalah bidang keahlian seorang farmasis. Maka sudah sepatutnya kita berbangga diri, karena Allah Ta’ala melebihkan kita farmasis perihal pengetahuan tentang obat-obatan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pekerjaan yang mulia karena berkaitan dengan kemaslahatan ummat. Sehingga mempelajari, menggali, mengkaji, meneliti, menemukan hal-hal baru tentang obat-obatan tersebut akan mendatangkan pahala jariyyah selama bermanfaat bagi ummat Islam. Pahala tersebut akan terus mengalir dan insya Allah akan mengantarkan kita ke syurga Allah Azza wa Jalla.

Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi seorang farmasis muslim untuk bermalas-malasan dalam mengembangkan pengetahuannya, mengajarkannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, kemajuan dunia obat-obatan, tanggungjawab terbesarnya terletak di pundak seorang farmasis. Jika farmasis tidak bisa menemukan obat baru, setidaknya seorang farmasis mampu memberikan pelayanan informasi obat (PIO) kepada masyarakat, memberikan konseling, edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan obat yang baik dan benar. Sehingga kegagalan-kegagalan dalam terapi penyakit dapat terhindarkan.

Abu Harits Al-Buthony mengatakan: “Badan yang sehat akan berimplikasi pada ibadah yang kuat dan khusuk.”

Selain itu, melalui hadits yang mulian ini, kita juga dapat menarik beberapa faedah atau manfaat terkait pengobatan. Insya Allah pembahasan tentang faedah-faedah tersebut akan saya bahas pada tulisan berikutnya.

Sepertinya tulisan ini sudah cukup panjang, semoga pembaca sekalian tidak bosan dalam membacanya, dan semoga pembaca sekalian dapat mengambil manfaat darinya. Yang benar dari apa yang saya tuliskan datangnya dari Allah dan Rasulnya sedangkan yang salah datangnya dari saya pribadi. Oleh karena itu mohon dimaafkan.

Sekian dan terimakasih.

Diselesaikan di Makassar, 7 Rabbiul Akhir 1436 H di Pondokan Unhas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar