Nama saya La Ode Sahrul Ramadan, saya berasal dari pulau Buton tepatnya di Kota Baubau. Setiap kali saya memperkenalkan diri pasti ada yang bertanya "La Ode itu apa ?, saya punya teman dia seorang perempuan, dari Buton juga, namanya di awali dengan Wa Ode, terus Wa Ode itu apa ?, Apakah ada hubungannya antara La Ode dengan Wa Ode ?," Kira-kira seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak muncul pada setaip kali kami La Ode/Wa Ode melakukan perkenalan.
Selama ini, jika ada pertanyaan seperti itu, saya selalu menjawab dengan ala kadarnya, bahwa La Ode/Wa Ode itu adalah gelar kebangsawanan yang diturunkan dari ayah saya. Di Buton, gelar tersebut menandakan bahwa dia masih memiliki darah keturunan bangsawan/sultan.
Awalnya saya tidak terlalu tertarik untuk mencari tahu lebih dalam tentang arti dan makna dari La Ode/Wa Ode tersebut, karena saya menganggap hal tersebut biasa saja. Buat saya di era moderen seperti sekarang ini, gelar tersebut tidak berarti apa-apa selain pelengkap nama dan penanda bahwa saya berasal dari Buton. Tetapi setelah membaca pendapat teman-teman di grup Warisan Kesultanan Buton yang saya ikuti, saya jadi penasaran dan tertarik untuk mencari tahu lebih dalam tentang arti dan makna dari La Ode/Wa Ode. Ternyata gelar La Ode/Wa Ode tersebut syarat akan makna baik ditinjau dari sisi sejarah maupun dari sisi filosofisnya.
Setelah bertanya di sana-sini, membaca di beberapa forum, saya dengan berani akan menuliskannya di sini, di blog pribadi saya ini, dengan harapan setelah menuliskannya saya atau kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari hal tersebut. Apa coba, !!! hehehe, :)
Setelah bertanya di sana-sini, membaca di beberapa forum, saya dengan berani akan menuliskannya di sini, di blog pribadi saya ini, dengan harapan setelah menuliskannya saya atau kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari hal tersebut. Apa coba, !!! hehehe, :)
Ternyata, dari segi filosofisnya La Ode/Wa Ode itu ada keterkaitan dengan sahadat dalam Islam. "La" pada kata "La Ode" merupakan simbolik dari "La Ilaaha Illallah" sedangkan "Wa" pada kata "Wa Ode" merupakan simbolik dari "Wa Ashadu anna Muhammadarrasulullah". "La" pada kalimat sahadat tersebut berarti "Tiada/Tidak" dan "Wa" pada kalimat sahadat itu berarti "dan" dimana makna "dan" disini adalah memberi penegasan makna berjenjang dari masing-masing setiap eksistensi yang memiliki satu kesatuan arti dan makna yang dalam.
Sedangkan kata "Ode" berasal dari bahasa Yunani kuno lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia atau Ensiklopedia, yang oleh shakerspiere juga menggunakan kata “Ode” yang mana artinya adalah bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua.
Jadi La Ode/Wa Ode secara tersirat artinya adalah orang yang mulia atau terpuji di hadapan Allah SWT. Berangkat dari kata ini maka hendaknya lah para bangsawan Buton menjaga lidah, dan semua indera. Karena awalnya La Ode itu tidak diberikan kepada anak turunan, hanya diberikan kepada Sultan terpilih. Kemudian terjadi perubahan policy oleh Siolimbona (Siolimbona di masa kesultanan Buton dulu adalah dewan Adat kalau dimasa sekarang seperti DPR). Keputusan untuk memberikan nama La Ode untuk anak turunan bangsawan Buton adalah untuk melakukan identifikasi terhadap turunan anak bangsawan ini siapa tahu dikemudian hari ditemukan bibit kepemimpinan pada diri mereka untuk dijadikan Sultan.
La Ode dalam proses identifikasi turunan ini menggunakan pakem garis patrilineal (garis ayah) bukan matrineal (garis ibu).
Seperti itulah kesimpulan yang bisa saya ambil tentang La Ode dan Wa Ode tersebut. Saya pernah berpikir untuk tidak menurunkan gelar ini kepada anak saya kelak, tetapi setelah mengetahui makna dari gelar tersebut saya jadi berpikir kembali untuk menurunkannya. Dan juga sebagai orang Buton asli, saya memiliki tanggung jawab secara tidak langsung untuk melestarikan kebudayaan Buton dan mempertahankannya. Buat pembaca sekalian yang tertarik memiliki keturunan orang Buton hubungi Kami...!!! Hehehehe :).
Sekian dan terimakasih telah membaca tulisan ini. Salam Senyum Terindah. :)
Madanosin,
mantab bro,,, kentara orang baubau ne,,, hahah
BalasHapusthanks bro, Alhamdulillah saya orang Buton yang kebetulan tinggal di Kota Baubau. Salam kenal bro? :)
Hapusmakasih penjelasannya...
BalasHapussama-sama, semoga bermanfaat. sering2 saja berkunjung ke bloggku. :)
Hapusterimakasih atas penjelasannya pak.. saya jadi lebih mengerti arti dari gelar Wa Ode yg diberi oleh ayah saya..dan kebetulan Ayah dan Ibu saya dapat gelar yang sama La Ode dan Wa Ode..
Hapusmakasih penjelasannya...
BalasHapusAda teman saya yang berkata: Sebenarnya apa manfaatnya yang begituan???
BalasHapusSusah memang kalau kita menilainya berdasarkan sisi manfaat. karena zaman sekarang tidak sedikit orang berpikir matrealistik. Setidaknya, orang tahu bahwa yang memiliki nama la ode atau wa ode berasal dari buton dan eksistensinya dapat dipertahankan.
HapusNb: secara tabiat nama bisa mempengaruhi perilaku penggunanya. silahkan search kalau penasaran. :)
Apakah ada perbedaan dalam penggunaan, misal La Ode untuk laki-laki dan Wa Ode untuk perempuan?
BalasHapusperbedaannya itu lebih kepada penerapan ada-istiadat, misal pada adat perkawinan, berkaitan dengan mahar dan adat-adat lainnya. Lebih jelasnya saya belum tahu. :)
Hapuskalo saya keturunan kabaena dr bpk
BalasHapusIye, Salam kenal. Saya ingin sekali jalan-jalan ke Kabaena, :)
HapusAssalam mualaikum..
BalasHapusAlmarhum bapa saya orang Buton...namanya Larafiki/larawiki...kepingin sekali mau ke Buton...
waalaikumsalam.
Hapussemoga Ayahnya di ampuni segala dosanya dan dimasukkan ke dalm surga.
Buton akan selalu terbuka untuk siapa saja.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepada wadwia untuk jalan2 ke Buton.
nama saya ode harjoni tidak ada tambahan la,apakah ada perbedannya ?
BalasHapusSepengetahuan saya yang lengkap itu pake La ode untuk laki-laki kalau mau dilekatkan di nama. terkecuali untuk panggilan atau sebutan khusus terhadap seseorang, biasa cuman pake ode saja. tetapi untuk yang melekat di nama sebaiknya pakai La Ode. demikian, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan. :)
Hapussalam kenal Ode, hehe
pacar saya punya ayah tiri dari buton
BalasHapusnamanya mo ditambahi wa ode di belakangnya, katanya biar mahar nikahnya nanti lebih banyak sampe 100 juta T~T
di Buton kayak gitu ya, mo nikah mahal amat...
sebenarnya untuk penambahan gelar Wa Ode atau La Ode tidak sembarangan, ada aturannya. Dan kalau seperti kasusnya pacarta, otomatis dia tidak bisa menambahkan gelar Wa Ode di namanya karena ayahnya tidak termasuk dalam golongan yang bergelar La Ode.
BalasHapusTerus, khusus untuk mahar untuk nikah, ada aturannya khusus dan tidak semahal itu.sekitar belasan jutalah, tergantung jumlah "boka" kalau istilah adatnya. dan nilai 1 boka untuk tahun 2017 yang ditetapkan oleh dewan adat itu sebasar 1 boka = 60.000.
Sy org Muna nama sy la ode al farizky..dan sy sgt senang belajar ttg budaya muna buton spy tau ttg jati diri kita..salam kenal
BalasHapusSaya org buton tapi saya menetap di medan.. ayah saya org mawasangka
BalasHapusNama saya wa ode ade nurul irma
Assalamualaikum nama saya Laode Ikram tinggal di Aceh Salam Kenal ya
BalasHapus