Jumat, 05 September 2014

Menjaga Diri



Beberapa hari terakhir ini, rumah yang sedang kubangun goyah. Begitu banyak guncangan dari dalam dan kerasnya terpaan angin dari luar hampir saja merobohkannya. Satu demi satu pilar-pilar penyangganya tumbang berserakan. Hal tersebut membuatku takut, rumahku akan hancur dan tinggal kenangan. Benar yang dikatakan oleh seorang sahabat, istiqomah adalah hal yang paling sulit dalam membangun sesuatu. Semoga Allah Ta’ala menetapkan hati-hati kita untuk senantiasa berada di jalanNya.


Saya jadi teringat dengan salah seorang sahabat Rasulullah yang bernama Abu Bakar r.a, beliau selama hidupnya senantiasa menghisab diri, menghitung-hitung perbuatan yang ia lakukan setiap harinya, mengingat kembali perkara-perkara yang ia lalui, sehingga tidak ada satu pun yang terlewati, baru kemudian beliau merebahkan badan untuk tidur.

Subhanallah, jika sahabat Rosul saja melakukan hal tersebut, bagaimana dengan kita? Terutama saya pribadi, sungguh, betapa banyak dosa yang telah saya lakukan, jika saya selalu menghisabnya, maka masih pantaskah kaki ini berjalan di permukaan bumiNya dengan wajah menengadah dan dada membusung. Hina, sangat hina diri ini dihadapaNya jika dibandingkan dengan nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepadaku. Ampunilah hamba ya Allah.  

Saya jadi paham, kenapa Imam Ahmad bin Hambal menangis sekeras-kerasnya bahkan seolah-olah nyawa beliau hendak terlepas dari jasadnya ketika mendengarkan sebuah syair yang dibacakan oleh salah seorang muridnya.

Ketika mendengar syair tersebut pertama kali, Imam Ahmad lalu menyuruh muridnya untuk mengulanginya beberapa kali, kemudian beliau masuk kedalam rumah dengan menutup pintu. Setelah terdengar suara pintu yang tertutup dengan keras, saat itu suara tangisan yang terisak-isak dari dalam rumah terdengar lebih keras sampai membuat muridnya khawatir.

Saat itu muridnya membacakan syair berikut ini:

Apabila tiba saat Tuhanku berkata padaku:
Tidakkah engkau malu melakukan maksiat kepadaku?
Engkau menyembunyikan dosa dari makhlukku
sedang dengan dosa engkau datang berjumpaku?

Maka bagaimanakah aku boleh menjawabnya
dan siapalah yang boleh mempertahankanku?

Aku sentiasa mendamaikan perasaanku
dengan harapan-harapan dari detik ke detik
Sedangkan aku lupa apa yang berlaku selepas kematian,
apalah yang cukup untukku

Seolah-olahnya aku telah dapat menjamin
akan terus hidup dan kematian tidak akan datang

Jika tibalah saat sakit, kematian, siapalah
yang boleh menahannya dariku?

Aku hanya mampu melihat wajah-wajah di depanku
adakah seseorang di kalangan mereka yang boleh menebusku?

Aku bakal ditanya, apalah yang telah aku
persembahkah di duniaku dahulu yang
boleh menyelamatkan daku

Bagaimanalah jawabanku setelah aku
mengabaikan urusan agamaku?

Oh! Kesalnya, apakah aku tidak pernah mendengar
kalam Allah yang menyeruku?

Apakah aku tidak pernah mendengar
kandungan surah Qaf dan surah Ya Sin

Apakah aku tidak pernah mendengar tentang
hari perhimpunan, perkumpulan dan pembalasan.

Tidak pernahkah aku mendengar penyeru
kematian yang mengajakku dan memanggilku?

Wahai Tuhanku, inilah seorang hamba
yang kembali, siapalah yang sanggup menerimanya?

Kecuali Tuhan yang maha pengampun, yang maha kaya,
Yang sentiasa memberiku petunjuk ke jalan kebenaran.

Aku mendatangiMu maka kasihanilah daku
Dan beratkanlah neraca timbanganku

Ringankalah pembalasanku kerana Engkau
sahajalah paling diharap kebaikannya
apabila melakukan pembalasan

Sungguh benar yang dikatakan oleh Rosul, sebaik-baik manusia adalah ketika dia melakukan kesalahan, melakukan perbuatan dosa, melakukan maksiat, maka dia bertobat kembali ke jalan Allah dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

Ya Allah yang membolak-balikkan hati manusia, tetapkanlah hati hamba untuk senantiasa mencintaimu. Tetapkanlah hati hamba untuk senantiasa istiqomah di jalanMu.

Hanya kepadaMu hamba menyembah,
Hanya kepadaMu hamba meminta pertolongan,
Hanya Engkau yang bisa menolongku.
Semoga Allah Ta’ala senantisa melimpahkan ramtaNya.

Oleh karena itu, mulai dari sekarang, mulai dari saat ini, detik ini, mari kita jaga diri-diri kita dari segala sesuatu yang bisa mendatangkan murka Allah Ta’ala.

Menjaga diri berarti menjaga mata, menjaga hati, menjaga lisan, menjaga pendengaran, menjaga perbuatan dan menjaga Akhlak.

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya orang yang paling kusukai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya dariku pada hari kiamat, adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Sesungguhnya diantara kalian yang paling kubenci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat, adalah kaum tsartsarun, mutasyaddiqun, dan mutafaihiqun.” Para sahabat berkata, “kami mengetahui kaum tsartsarun dan mutasyaddiqun, tapi siapakah kaum mutafaihiqun?” Nabi menjawab, “Orang-orang yang sombong.”

Mari kita perbaiki akhlak kita sehingga di akhirat kelak kita bisa duduk bersanding dengan sang kekasih Rosulullah shalallahi ‘alaihi wasallam.

Sekian,
Semoga bermanfaat.

Abu_laosar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar