Beberapa
hari terakhir ini, rumah yang sedang kubangun goyah. Begitu banyak guncangan
dari dalam dan kerasnya terpaan angin dari luar hampir saja merobohkannya. Satu
demi satu pilar-pilar penyangganya tumbang berserakan. Hal tersebut membuatku
takut, rumahku akan hancur dan tinggal kenangan. Benar yang dikatakan oleh
seorang sahabat, istiqomah adalah hal yang paling sulit dalam membangun
sesuatu. Semoga Allah Ta’ala menetapkan hati-hati kita untuk senantiasa berada
di jalanNya.
Saya
jadi teringat dengan salah seorang sahabat Rasulullah yang bernama Abu Bakar
r.a, beliau selama hidupnya senantiasa menghisab diri, menghitung-hitung
perbuatan yang ia lakukan setiap harinya, mengingat kembali perkara-perkara
yang ia lalui, sehingga tidak ada satu pun yang terlewati, baru kemudian beliau
merebahkan badan untuk tidur.
Subhanallah,
jika sahabat Rosul saja melakukan hal tersebut, bagaimana dengan kita? Terutama
saya pribadi, sungguh, betapa banyak dosa yang telah saya lakukan, jika saya
selalu menghisabnya, maka masih pantaskah kaki ini berjalan di permukaan
bumiNya dengan wajah menengadah dan dada membusung. Hina, sangat hina diri ini
dihadapaNya jika dibandingkan dengan nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala
kepadaku. Ampunilah hamba ya Allah.
Saya
jadi paham, kenapa Imam Ahmad bin Hambal menangis sekeras-kerasnya bahkan
seolah-olah nyawa beliau hendak terlepas dari jasadnya ketika mendengarkan
sebuah syair yang dibacakan oleh salah seorang muridnya.
Ketika
mendengar syair tersebut pertama kali, Imam Ahmad lalu menyuruh muridnya untuk
mengulanginya beberapa kali, kemudian beliau masuk kedalam rumah dengan menutup
pintu. Setelah terdengar suara pintu yang tertutup dengan keras, saat itu suara
tangisan yang terisak-isak dari dalam rumah terdengar lebih keras sampai
membuat muridnya khawatir.
Saat
itu muridnya membacakan syair berikut ini:
Apabila
tiba saat Tuhanku berkata padaku:
Tidakkah
engkau malu melakukan maksiat kepadaku?
Engkau
menyembunyikan dosa dari makhlukku
sedang
dengan dosa engkau datang berjumpaku?
Maka
bagaimanakah aku boleh menjawabnya
dan
siapalah yang boleh mempertahankanku?
Aku
sentiasa mendamaikan perasaanku
dengan
harapan-harapan dari detik ke detik
Sedangkan
aku lupa apa yang berlaku selepas kematian,
apalah
yang cukup untukku
Seolah-olahnya
aku telah dapat menjamin
akan
terus hidup dan kematian tidak akan datang
Jika
tibalah saat sakit, kematian, siapalah
yang
boleh menahannya dariku?
Aku
hanya mampu melihat wajah-wajah di depanku
adakah
seseorang di kalangan mereka yang boleh menebusku?
Aku
bakal ditanya, apalah yang telah aku
persembahkah
di duniaku dahulu yang
boleh
menyelamatkan daku
Bagaimanalah
jawabanku setelah aku
mengabaikan
urusan agamaku?
Oh!
Kesalnya, apakah aku tidak pernah mendengar
kalam
Allah yang menyeruku?
Apakah
aku tidak pernah mendengar
kandungan
surah Qaf dan surah Ya Sin
Apakah
aku tidak pernah mendengar tentang
hari
perhimpunan, perkumpulan dan pembalasan.
Tidak
pernahkah aku mendengar penyeru
kematian
yang mengajakku dan memanggilku?
Wahai
Tuhanku, inilah seorang hamba
yang
kembali, siapalah yang sanggup menerimanya?
Kecuali
Tuhan yang maha pengampun, yang maha kaya,
Yang
sentiasa memberiku petunjuk ke jalan kebenaran.
Aku
mendatangiMu maka kasihanilah daku
Dan
beratkanlah neraca timbanganku
Ringankalah
pembalasanku kerana Engkau
sahajalah
paling diharap kebaikannya
apabila
melakukan pembalasan
Sungguh
benar yang dikatakan oleh Rosul, sebaik-baik manusia adalah ketika dia
melakukan kesalahan, melakukan perbuatan dosa, melakukan maksiat, maka dia
bertobat kembali ke jalan Allah dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
Ya
Allah yang membolak-balikkan hati manusia, tetapkanlah hati hamba untuk
senantiasa mencintaimu. Tetapkanlah hati hamba untuk senantiasa istiqomah di
jalanMu.
Hanya
kepadaMu hamba menyembah,
Hanya
kepadaMu hamba meminta pertolongan,
Hanya
Engkau yang bisa menolongku.
Semoga
Allah Ta’ala senantisa melimpahkan ramtaNya.
Oleh
karena itu, mulai dari sekarang, mulai dari saat ini, detik ini, mari kita jaga
diri-diri kita dari segala sesuatu yang bisa mendatangkan murka Allah Ta’ala.
Menjaga
diri berarti menjaga mata, menjaga hati, menjaga lisan, menjaga pendengaran,
menjaga perbuatan dan menjaga Akhlak.
Rasulullah
bersabda:
“Sesungguhnya
orang yang paling kusukai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya
dariku pada hari kiamat, adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya.
Sesungguhnya diantara kalian yang paling kubenci dan paling jauh tempat
duduknya dariku pada hari kiamat, adalah kaum tsartsarun, mutasyaddiqun, dan
mutafaihiqun.” Para sahabat berkata, “kami mengetahui kaum tsartsarun dan
mutasyaddiqun, tapi siapakah kaum mutafaihiqun?” Nabi menjawab, “Orang-orang
yang sombong.”
Mari
kita perbaiki akhlak kita sehingga di akhirat kelak kita bisa duduk bersanding
dengan sang kekasih Rosulullah shalallahi ‘alaihi wasallam.
Sekian,
Semoga
bermanfaat.
Abu_laosar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar