Dunia
semakin sempit. Dataran bumi merupakan lahan yang paling empuk untuk dipotret
dan ditelanjangi oleh kemajuan pengetahuan. Media televisi menjadi "tuhan
baru" bagi jutaan manusia di muka bumi, menjadi "penguasa media"
(videocrazy) yang menghipnotis jutaan pemirsanya. Slogan mereka adalah,
"Tiada hari kecuali mata yang melekat pada kaca TV." Bagaikan terkena
santet; jutaan anak-anak sangat hafal dengan program acara yang menayangkan
film fiksi. Jutaan ibu rumah-tangga menghabiskan waktunya menonton telenovela,
dan sebagainya. Televisi bukanlah sekedar lahan usaha yang menggiurkan,
melainkan bahan informasi yang bisa juga menyesatkan, tentunya bergantung
kepada pemegang sahamnya.
Kita
harus menyadari bahwa manusia itu adalah makhluk yang bisa dibentuk dan
diarahkan. Manusia akan mengikuti siapa saja yang intensif membentuknya.
Perkara baik bisa dianggap buruk, perkara buruk bisa dianggap baik; kebenaran
bisa dianggap kesalahan, kesalahan bisa diakui sebagai kebenaran; perbuatan
dosa bisa dipuja, perbuatan baik bisa dicela; jika manusia terus dikondisikan
untuk menerima tata-nilai terbalik.
Dan
Saat ini, terjadi perang pengaruh sangat kuat antara dakwah Islam dengan
propaganda Sekularisme. Kedua pihak sama-sama membawa missi dakwah, tetapi cara
dan fasilitasnya sangat berbeda. Hal tersebut tampak nyata dihadapan kita di
era yang serba moderen saat ini. Dakwah yang dilancarkan media-media sekuler
dalam menginvasi sangatlah dahsyat. Gambaran kedahsyatan invasi ini adalah
sebagai berikut:
Pertama,
TV-TV tayang selama 24 jam per hari. Sekurangnya 20 jam per hari, pagi-pagi
mulai buka dan berakhir pada dini hari.
Kedua,
Banyak pilihan channel, Ada puluhan stasiun TV besar, termasuk TV-TV lokal.
Bahkan kini marak penyedia layanan TV berbayar yang menyediakan ratusan channel
TV, termasuk TV-TV internasional.
Ketiga,
Siaran media, tayangan, atau produknya bisa diakses secara gratis. Rata-rata TV
nasional dan lokal sifatnya gratis. Media-media online juga gratis.
Keempat,
Siaran atau produk media full hiburan. Masyarakat kita betah duduk di depan TV,
karena penuh hiburan. Saat ini banyak orang stress karena semakin rapuhnya
kepribadian dan mentalitas; maka itu banyak orang butuh hiburan. TV-TV
menyediakan full hiburan, sejak pagi sampai dini hari.
Kelima,
Kualitas teknologi yang diterapkan semakin maju.
Keenam,
Menampilkan talent (host) berkualitas, baik dari sisi postur tubuh, kecantikan
(ketampanan), kemampuan bahasa asing, intelejensia, dan sebagainya. Minimal
menampilkan sosok komedian yang unik, pandai melucu, atau bertingkah
kebanci-bancian.
Ketujuh,
Dukungan kuat dari para aparatur negara (birokrasi).
Kedelapan,
Dukungan pendanaan sangat kuat.
Kesembilan, Media-media sekuler
mendapat dukungan sangat kuat dari para sponsor yang rajin memasang iklan di
media mereka.
Kesepuluh,
Media sekuler mendapat dukungan luas dari para konsumen dan penggemarnya.
Maka
lengkap sudah semua unsur yang mendukung dahsyatnya invasi dari media. Sehingga
tidak heran jika kita saksikan disekeliling kita, terjadi perubahan perilaku
yang dahsyat pula menimpa kaum muslimin tidak hanya orang tua, tetapi semua
kalangan, bahkan anak-anak kecil yang menjadi tunas harapan bangsa kedepan juga
terkena imbas dari invasi media saat ini.
Teori
propaganda Goebbels, mengatakan; kebohongan yang terus diulang-ulang,
lama-lama akan diterima sebagai kebenaran; bahkan orang yang menyebarkan
kebohongan itu pun ikut meyakini bahwa ia adalah kebenaran.
Kita
lihat di masa sekarang, banyaknya perubahan perilaku sosial di masyarakat, misalnya:
Pertama,
Dulu suami-istri punya anak banyak, merasa biasa-biasa saja; kalau sekarang,
punya anak banyak dianggap aib.
Kedua,
Dulu para pemuda (gadis) sangat malu kalau telat menikah; tapi sekarang banyak
yang merasa biasa dalam kondisi belum menikah sekalipun usia sudah 40-an tahun.
Ketiga,
Dulu anak wanita kalau memakai pakaian seksi dianggap "wanita
murahan", kalau sekarang yang tidak memakai seksi-seksi, dianggap
kampungan.
Keempat,
Dulu anak-anak bersikap sopan dan hormat pada orang tua atau siapa pun yang
lebih tua; kalau sekarang mereka rata-rata sudah tidak mengerti adab
tata-krama.
Kelima,
Dulu anak-anak muda malu meminta uang kepada orangtuanya, khawatir memberatkan;
kalau sekarang mereka berlomba-lomba memamerkan kemampuan "memeras"
orangtua.
Keenam,
Dulu perzinahan dianggap aib, sangat mencemarkan nama baik; tetapi saat ini
dianggap kenyataan biasa.
Ketujuh, Dulu
perbuatan homoseks dianggap terkutuk dan terlaknat; sekarang perilaku homoseks
mempunyai komunitas, menuntut legalitas, bahkan hak perkawinan sejenis.
Kedelapan,
Dulu minum miras dianggap perilaku bandel, aneh, sampah masyarakat; kini banyak
sopir, seniman, anak muda, aparat, bahkan kaum wanita meneggak miras.
Kesembian,
Dulu narkoba hanya dikonsumsi anak-anak orang elit; kini anak-anak kampung,
miskin, hidup senin-kamis di gang pun pada menggilai barang haram tersebut.
Kesepuluh,
Dulu bisnis rentenir dianggap sebagai praktik lintah darat yang menjijikkan,
sampai ada cerita-cerita dongengnya; tapi kini bisnis bank, asuransi, finance,
investasi, dan seterusnya menjadi "profesi impian" dimana-mana.
Kesebelas,
Dulu kejahatan dilakukan oleh kriminalis, residivis, atau preman; tapi sekarang
semua orang merasa "berhak" berbuat jahat; anak sekolah, santri,
guru, suami, istri, polisi, tentara, pegawai PNS, dan sebagainya juga ada yang
berbuat kriminal.
Keduabelas,
Dulu keluarga-keluarga muslim biasa menghabiskan waktu Maghrib di masjid,
menunggu sampai waktu Isya' tiba; sekarang kebanyakan duduk manis di depan TV,
sambil memegang remote control, dengan tidak hirau soal waktu shalat.
Ketigabelas,
Dulu masyarakat peduli masalah-masalah bangsanya; kini mereka cuek dan tidak
mau tahu; mereka lebih peduli dengan aneka musik, nonton bola, nonton film, dan
aneka hiburan yang melalaikan.
Keempatbelas,
Dulu menjadi orang shaleh menjadi kebanggaan dan cita-cita; tapi kini menjadi
orang shaleh ditakuti, karena ia identik dengan terorisme.
Kelimabelas,
Dulu bekerja di perusahaan asing atau membela kepentingan asing, dianggap
sebagai antek penjajah yang sangat memalukan; tapi kini beribu manusia berlomba
mengantekkan dirinya kepada kepentingan asing.
Keenambelas,
Dulu... Akh sudahlah, menuliskannya hanya membuat dada menjadi sesak...
Semua
keadaan ini terjadi salah satunya karena invasi media sekuler yang sangat
dahsyat. Media-media sekuler benar-benar telah mengubah pemahaman, kesadaran,
perilaku, dan sikap masyarakat. Melalui proses indoktrinasi media massif,
terutama melalui media TV; bangsa Indonesia yang semula memiliki karakter baik
berubah menjadi lemah, konsumtif, hedonistik, miskin etika, malas, cuek sosial,
dan jauh dari sifat-sifat religius.
Sumber: Am Wasikto dalam bukunya Invasi
Media melanda Umat
*******
Saudaraku, sadarlah...!!!
Sampai
kapan kita seperti ini, menjadi sasaran empuk media yang tidak bertanggung
jawab.
Sesungguhnya,
tidak ada yang dapat merubah nasib suatu kaum sehingga mereka mau merubah
dirinya sendiri. Mulailah perubahan itu dari diri-diri kita. Sebaik-baik
manusia adalah ketika dia melakukan kesalahan, melakukan perbuatan dosa maka
dia mengakuinya dan bertobat kepada Allah Jalla jalaluh. Bertobat berarti
membulatkan tekad untuk berubah dan tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut
serta berazzam untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Rab semesta alam.
Saudaraku, Sadarlah...!!!
Masa
depan umat islam ada di tangan kita. Tidakkah kita menginginkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Tidakkah kita menginginkan surga Allah yang seluas langit
dan bumi. Tidakkah kita menginginkan di jauhkan dari Api neraka Jahannam.
Sungguh, hanya manusia yang ada penyakit di hatinya yang tidak bisa merasakan
indahnya kemuliaan Islam, agama yang kita cintai ini.
Saudaraku, Berubahlah...!!!
Jadilah pribadi yang senantiasa mengingat Allah di setiap hembusan nafas kita,
Karena hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.
Berubahlah,
kalau bukan sekarang, kapan lagi? kematian itu pasti dan tidak akan menunggumu
untuk berubah.
Sekian dari saya Abu Harits Al Buthony,
Semoga
bermanfaat.
Makassar,
25 Rabbiul Awal 1436 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar