Senin, 17 Maret 2014

Afrodisiaka dan Parameternya

Kata afrodisiaka bukanlah kata yang asing ditelinga anak farmasi atau tenaga kesehatan lainnya. Sebenarnya masyarakat umum juga tahu tentang afrodisiaka ini, hanya saja mereka menyebutnya dengan istilah lain yaitu obat kuat. Hampir semua masyarakat, terutama yang sudah dewasa mengenal istilah obat kuat.  Dalam dunia medis, afrodisiaka bisa diartikan sebagai obat kuat.

Pada tulisan sebelumnya yang berjudul “Dari Bulu babi ke Afrodisiaka” saya menuliskan secara singkat tentang afrodisiaka. Pada tulisan ini saya masih menulis tentang afrodisiaka, tetapi lebih fokus pada parameter-parameter yang bisa digunakan untuk melihat efek dari afrodisiaka tersebut.


Bagi mahasiswa farmasi atau mahasiswa kesehatan lainnya yang ingin melakukan penelitian tentang efek afrodisiaka, ada banyak parameter-parameter yang bisa digunakan. Kita dapat memilih salah satu diantaranya, tetapi tentunya tergantung dari kebutuhan dan diskusi dengan pembimbing penelitian.

Dalam penelitian biofarmasi atau bisa diartikan sebagai penelitian untuk menguji efek suatu obat terhadap hewan coba, dimana secara umum hewan coba yang digunakan yaitu Tikus, Mencit, Kelinci, Marmut dan lain-lain. Dari beberapa penelitian afrodisiaka yang saya baca, umumnya mereka menggunakan tikus atau mencit sebagai hewan coba. Oleh karena itu parameter-parameter yang digunakan untuk menguji efek afrodisiaka suatu obat tentunya berdasarkan pada perilaku seksual dari hewan coba tersebut.

Adapun parameter-parameter yang bisa kita gunakan dalam penelitian afrodisiaka adalah sebagai berikut:

Parameter yang umum digunakan pada penelitian afrodisiaka yaitu Introduction, Climbing dan Coitus.
  • Introduction adalah proses pengenalan yang dilakukan oleh mencit jantan kepada mencit betina dengan cara melakukan mouth kissing dan vagina kissing.
  • Climbing atau biasa disebut juga mounting adalah proses dimana mencit jantan menaiki punggung mencit betina untuk melakukan kawin.
  • Coitus adalah suatu kondisi dimana mencit jantan melakukan kawin dengan mencit betina.
Selain parameter di atas, ada beberapa parameter lainnya yang dapat digunakan untuk uji afrodisiaka. Parameter tersebut adalah Lordosis, Latency Period, Effect on fertility, Intromission dan Ejaculation.
  • Lordosis adalah suatu kondisi dimana mencit betina dengan tegas mengangkat kaki bagian belakang dan ekor untuk menerima ajakan kawin dari mencit jantan.
  • Latency period adalah menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh mencit jantan melakukan perkenalan (introduction) kepada mencit betina hingga terjadinya mount atau porses kawin yang pertama.
  • Effect on fertility atau efek pada kesuburan dilihat berdasarkan jumlah anakan jantan atau betina yang berhasil dilahirkan.
  • Intromission yaitu dengan mengamati tinggkat penurunan penetrasi yang dilakukan oleh mencit jantan kepada mencit betina pada proses coitus.
  • Ejaculation yaitu dengan mengamati laju peningkatan dorongan setelah proses intromission terjadi dan diikuti dengan mencit jantan membersihkan dirinya sendiri.
Sedikit banyak itulah parameter-parameter yang bisa digunakan pada penelitian afrodisiaka. Semoga bermanfaat.

Berikut beberapa gambar yang menggambarkan beberapa parameter di atas.

Introduction

Climbing dan Coitus 



Sekian dan terimakasih. Semoga bermanfaat.

Madanosin. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar