Di malam
ke 4 Ramadhan 1435 H, hatiku menangis dan batinku menjerit. Mataku hanya
terpelongok menyaksikan karunia Allah
yang diberikan kepada mereka yang senantiasa berusaha dan bekerja keras untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulnya dengan mempelajari segala sesutu
yang dicintaiNya.
Menyaksikan
dan mendengarkan orang-orang disekelilingku dengan tenang membenarkan bacaan
imam, membantu imam mengingat kembali ayat demi ayat Al-Qur’an yang terlupa.
Sedangkan saya hanya bisa terdiam membisu.
Menyaksikan
seorang ustad dengan aura ketenangan dan sorot mata yang tajam memberikan
nasehat penuh makna tentang Syahrul Ramadan sebagai Syahrul Qur’an. Dia
mengisahkan tentang seorang sahabat Rasulullah yang bernama Khalid bin Walid
dimana suatu ketika Khalid bin Walid menangisi dirinya karena bacaan Al-Qur’an,
hafalan Al-Qur’an beliau tertinggal dari sahabat-sahabat yang lain. Hal
tersebut dikarenakan adanya udzur yang harus beliau lakukan. Dan tahukah anda?
udzur beliau adalah jihad fisabilillah, yang pahalanya adalah surga Allah,
tetapi beliau masih menangisi dirinya. Sedangkan saya yang tidak memiliki udzur
apa pun selain dunia ini hanya bisa bersantai-santai bahkan terkadang hanya
bisa memandangi Al-Qur’an.
Menyaksikan
ustad tersebut dengan ramah menyapa saudara-saudara kita yang berasal dari
sudan, Somalia, yang mengungsi karena kekacauan yang terjadi di negaranya. Sang
ustad menyapa mereka dengan ramah menggunakan bahasa Al-Qur’an, bahasa Arab,
bahasa yang digunakan dan diucapkan oleh Rasullah setiap hari sepanjang
hidupnya. Terkadang ada tawa yang terlihat dari wajah mereka, ada senyum penuh
ke akraban yang terbangan di antara mereka, dan saya hanya bisa terdiam, mataku
hanya bisa melihat mereka dengan pandangan penuh rasa malu dan penuh tanya
karena kebodohanku dan ketidakpahamanku tentang apa yang mereka ucapkan.
Mataku
kembali berlinangkan air mata, ketika menyaksikan seorang anak lelaki yang
masih belia berumur 5,5 tahun berasal dari Bangka melantuntakan Ayat demi ayat
Al-Qur’an dengan fasih. Dia dengan lancarnya melanjutkan setiap bacaan
Al-Qur’an yang di sampaikan kepadanya. Mataku tak bisa menahan dorongan air
mata ketika menyaksikan anak tersebut. Hatiku menjerit, batinku terpukul,
diusiaku kini satu juz Al-Qur’an belum selesai kutamatkan sedangkan anak
tersebut, diusianya yang masih belia sudah menghafal 29 juz. Sungguh anak itu
menjadi mulia karena Al-Qur’an yang dia bawa di dalam dirinya. Ingin rasanya
kumemeluk dan mencium tangannya sebagai rasa hormatku kepadanya atas kemuliaan
yang Allah berikan kepadanya. Sungguh, saya tidak bisa berkata apa-apa
dibuatnya.
Ya
Allah,
Sungguh,
terasa jauh diriku dari Mu, sangat sedikit yang kutahu tentangMu, Aku telah
jauh dari wahyu yang Engkau turunkan kepada KekasihMu, Muhammad Rasulullah.
Ampunilah aku.
Ya
Allah,
Usahaku
untuk masuk surga terlalu lambat dan usahaku untuk lari dari neraka terlalu
lemah. Ya Allah, jadikanlah untukku penuntun dari sisiMu yang akan Engkau
berikan kepadaku pada Hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak akan pernah ingkar
janji”.
Ya
Allah,
Terimalah
amalku yang sedikit ini, semoga Engkau berkenan memasukkanku kedalam surgamu
kelak.
Aamiiinnn….!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar