Sabtu, 05 Juli 2014

Hatiku menangis, Batinku menjerit




Di malam ke 4 Ramadhan 1435 H, hatiku menangis dan batinku menjerit. Mataku hanya terpelongok  menyaksikan karunia Allah yang diberikan kepada mereka yang senantiasa berusaha dan bekerja keras untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulnya dengan mempelajari segala sesutu yang dicintaiNya.

Menyaksikan dan mendengarkan orang-orang disekelilingku dengan tenang membenarkan bacaan imam, membantu imam mengingat kembali ayat demi ayat Al-Qur’an yang terlupa. Sedangkan saya hanya bisa terdiam membisu.


Menyaksikan seorang ustad dengan aura ketenangan dan sorot mata yang tajam memberikan nasehat penuh makna tentang Syahrul Ramadan sebagai Syahrul Qur’an. Dia mengisahkan tentang seorang sahabat Rasulullah yang bernama Khalid bin Walid dimana suatu ketika Khalid bin Walid menangisi dirinya karena bacaan Al-Qur’an, hafalan Al-Qur’an beliau tertinggal dari sahabat-sahabat yang lain. Hal tersebut dikarenakan adanya udzur yang harus beliau lakukan. Dan tahukah anda? udzur beliau adalah jihad fisabilillah, yang pahalanya adalah surga Allah, tetapi beliau masih menangisi dirinya. Sedangkan saya yang tidak memiliki udzur apa pun selain dunia ini hanya bisa bersantai-santai bahkan terkadang hanya bisa memandangi Al-Qur’an.

Menyaksikan ustad tersebut dengan ramah menyapa saudara-saudara kita yang berasal dari sudan, Somalia, yang mengungsi karena kekacauan yang terjadi di negaranya. Sang ustad menyapa mereka dengan ramah menggunakan bahasa Al-Qur’an, bahasa Arab, bahasa yang digunakan dan diucapkan oleh Rasullah setiap hari sepanjang hidupnya. Terkadang ada tawa yang terlihat dari wajah mereka, ada senyum penuh ke akraban yang terbangan di antara mereka, dan saya hanya bisa terdiam, mataku hanya bisa melihat mereka dengan pandangan penuh rasa malu dan penuh tanya karena kebodohanku dan ketidakpahamanku tentang apa yang mereka ucapkan.

Mataku kembali berlinangkan air mata, ketika menyaksikan seorang anak lelaki yang masih belia berumur 5,5 tahun berasal dari Bangka melantuntakan Ayat demi ayat Al-Qur’an dengan fasih. Dia dengan lancarnya melanjutkan setiap bacaan Al-Qur’an yang di sampaikan kepadanya. Mataku tak bisa menahan dorongan air mata ketika menyaksikan anak tersebut. Hatiku menjerit, batinku terpukul, diusiaku kini satu juz Al-Qur’an belum selesai kutamatkan sedangkan anak tersebut, diusianya yang masih belia sudah menghafal 29 juz. Sungguh anak itu menjadi mulia karena Al-Qur’an yang dia bawa di dalam dirinya. Ingin rasanya kumemeluk dan mencium tangannya sebagai rasa hormatku kepadanya atas kemuliaan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh, saya tidak bisa berkata apa-apa dibuatnya.

Ya Allah,
Sungguh, terasa jauh diriku dari Mu, sangat sedikit yang kutahu tentangMu, Aku telah jauh dari wahyu yang Engkau turunkan kepada KekasihMu, Muhammad Rasulullah. Ampunilah aku.

Ya Allah,
Usahaku untuk masuk surga terlalu lambat dan usahaku untuk lari dari neraka terlalu lemah. Ya Allah, jadikanlah untukku penuntun dari sisiMu yang akan Engkau berikan kepadaku pada Hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak akan pernah ingkar janji”.

Ya Allah,
Terimalah amalku yang sedikit ini, semoga Engkau berkenan memasukkanku kedalam surgamu kelak.

Aamiiinnn….!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar