Foto
di atas diambil dari atas kapal pelni yang hendak berlabu di pelabuhan Murhum
kota Baubau. Coba anda perhatikan perahu-perahu kecil atau sebut saja sampan
yang berjajar di samping kapal. Bagi anda yang belum pernah ke Baubau pasti
mengira mereka adalah nelayan yang sedang mencari ikan di dekat dermaga. Tetapi
bagi anda yang pernah ke Baubau pasti tahu siapa mereka.
Banyak
dari penumpang kapal yang menyebut mereka sebagai penyelam koin karena jika ada
yang melempar uang koin dari atas kapal maka mereka akan menyelam mencari koin
tersebut tetapi itu dulu ketika uang koin lima ratusan masih berharga di kota
Baubau tetapi sekarang sudah tidak lagi.
Ada
yang menyebut mereka sebagai pengamen laut karena teriakannya yang khas ketika
meminta penumpang melemparkan uang, mereka berteriak dengan nada dan logat khas
Baubau sehingga penumpang menjadi tertarik untuk melemparkan uang kertas
mereka.
Tetapi
saya lebih senang menyebut mereka sebagai petarung laut karena butuh keberanian
bagi mereka dengan sampan sekecil itu berada di samping kapal pelni yang jauh
lebih besar. Belum lagi baling-baling kapal yang terus berputar mengatur haluan
untuk sandar di pelabuhan. Mereka bukan anak kecil atau remaja biasa, mereka
tahu resiko yang akan mereka hadapi, tetapi mereka juga yakin dengan kemampuan dan
pengalaman yang mereka miliki. Karena mereka adalah petarung laut, anak dari
juragan-juragan kapal yang kelak akan menggantikan orang tuanya melawan arus
menghadapi gelombang mengarungi samudra nusantara.
Mereka
para petarung laut mengayuh sampan mendekati kapal bukan sekedar mencari uang.
Mereka melakukannya untuk hoby semata. Mereka sangat senang bermain dengan
laut, mengayuh sampan dan menyelam di laut merupakan kebutuhan pokok bagi
mereka. Bagi kita itu adalah hal luar biasa tetapi bagi mereka itu biasa,
mengayuh sampan dan menyelam di samping kapal yang cukup besar itu mengasah
naluri untuk menghadapi setiap rintangan yang ada di laut. Itu adalah bagian
dari proses penenmpaan diri sebelum berlayar mengarungi lautan lepas
menggantikan orang tua mereka kelak.
Saya
sangat senang ketika melihat canda tawa mereka, seolah-olah mereka sedang
bermain-main, tertawa bersama di atas sampan. Sementara nahkoda kapal melalui
mikrofon mengingatkan kepada penumpang untuk tidak berada disamping kapal
karena berbahaya dan menghimbau kepada penumpang untuk tidak melemparkan uang.
Memang terlihat sedikit kontras, tetapi coba anda lihat senyuman mereka, tidak
ada sedikitpun perasaan takut yang terpancar di raut wajah mereka. Sungguh
pantas jika saya menyebut mereka sebagai petarung laut. Calon penguasa lautan,
penakluk nusantara.
Satu
hal yang saya pelajari dari mereka adalah keberanian. Mereka adalah calon
kapten-kapten kapal masa depan yang akan menaklukkan samudra mengelilingi
nusantara. Jika hanya menghadapi kapal sebesar kapal pelni saja mereka tidak
bernyali bagaimana dengan ombak besar yang tingginya menjulang di samudra.
Salut buat mereka para petarung laut. Berani karena benar dan berani mengakui
kesalahan itu adalah ciri petarung sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar