Senin, 24 Februari 2014

Mengapa saya menulis ?


Menulis adalah suatu hal yang tabu bagi sebagian orang. Tidak banyak orang yang suka dengan kegiatan yang satu ini. Bahkan ada yang memandang penulis dengan sebelah mata, mereka menyamakan penulis dengan sekelompok orang cupu, berkacamata tebal, tertutup, penyendiri, dan lain-lain.

Sebagai pemula dalam hal dunia tulis menulis, menurut saya anggapan sebagian orang itu atau sebut saja oknum itu sangatlah salah alias super duper salah. Mereka berkata seperti itu karena mereka tidak tahu akan manfaat yang kita dapatkan dengan rajin menulis. Mereka juga tidak tahu hakekat dari menulis itu sendiri. Mereka tidak peka dengan perkembangan yang ada di sekitarnya. Mereka tidak tahu bahwa filem-filem box office yang mereka gandrungi itu adalah berawal dari corat-coret, anime yang sering mereka diskusikan bisa ada karena kepiawaian tangan-tangan yang menari-nari di atas kertas, dan masih banyak lagi.

Seandainya mereka tahu, mereka pasti akan keganjringan untuk menulis. Mereka akan merindukan menulis, merindukan detik demi detik menggores pena di atas kertas putih, detik demi detik menekan tuts keyboard merangkai kalimat pada kertas putih monitor. Sungguh, momen-momen tersebut adalah saat-saat yang sangat berkesan dan dinantikan. 



Memilih menulis untuk menyempurnakan jiwaku. 

Dulu, ketika kegundahan datang melanda, tidur menjadi salah satu solusi. Ketika kebingungan menghampiri, diam menjadi penawarnya. Dulu, masalah bukan lagi menjadi tantangan tetapi menjadi bantal yang empuk untuk berkelana di alam mimpi. Kerinduan kepada fana mendaging menyatu dengan hati tanpa ada tempat untuk berbagi.

Sekarang semua itu hanyalah lalu yang sudah bukan masanya lagi. Masa lalu biarlah berlalu, masa kini adalah saatnya untuk menyempurnakan jiwa karena masa depan masih abu-abu. Biarlah kuabadikan dia dalam bingkai kertas putih yang bertaburkan debu-debu kenangan membentuk sketsa masa lalu.

Sekarang ketika gundah melanda, kebingungan menghampiri, masalah menerjang, kerinduan merenggut jiwa, saya tidak akan menjadi pengecut yang kecut. Semua itu akan kujadikan arang membara membakar semangat untuk terus dan terus berjuang menyempurnakan jiwa. Sekarang aku yakin dengan sepenuh hati memilih menulis sebagai salah satu proses untuk menyempurnakan jiwaku. 

Saya tulis maka saya ingat 

Ada pepatah lama mengatakan :

Saya dengar, saya lupa

saya lihat, saya ingat

saya lakukan, saya faham

Ketika membaca pepatah diatas, secara otomatis pikiran saya langsung tertuju pada satu kata yaitu menulis. Kenapa? karena saya merasakan betul makna yang dimaksudkan dari pepatah lama tersebut. Jika dihitung-hitung, banyak sekali ilmu yang pernah saya dengar dan banyak pula yang sudah saya lupakan. Ada banyak momen-momen berharga yang hilang dari ingatanku karena saya jarang mengabadikannya. Saya terkadang tidak paham dengan sesuatu karena saya tidak pernah mengalami atau melakukannya.

Sekarang saya sadar dan merasakan betul manfaat dari menulis. Ketika berdiskusi dengan teman atau orang lain tentang suatu hal tertentu dan hal tersebut pernah saya buatkan sebuah tulisan, maka dengan mudah saya mengingatnya kembali. Dengan melihat foto-foto yang pernah saya ambil, saya jadi mengingat kembali momen-momen yang pernah saya lalui bersama teman, keluarga, sahabat, dan tempat-tempat yang pernah saya datangi.

Masalah bukan lagi menjadi bantal tidur, tetapi menjadi bahan riset yang sangat menarik untuk diteliti dan dibuatkan sebuah tulisan. Semuanya itu ketika kita lakukan dengan hati maka saya yakin kita akan memahaminya, kita akan tahu setiap inci makna yang terkandung dari setiap prosesnya.

Sekarang tidak ada lagi waktu luang untuk sejenak berteman dengan diam dan menghambur-hamburkan waktu bersama sepi. Karena setiap waktu itu berarti dan setiap detik itu bermakna. Sekarang hidup bukan lagi untuk sendiri tetapi hidup untuk berbagi. Hidup bukan untuk berbangga diri menunjukkan ego diri tetapi untuk saling menasehati. Menulis itu bukan untuk sendiri tetapi untuk berbagi, bukan untuk berbangga diri tetapi untuk saling menasehati.

Salam hangat dari saya,
Abu-Laosar.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar