Suatu
waktu di kamar kos yang lumayan kecil dan penuh dengan tumpukan kertas dan
buku-buku yang sudah mulai usang. Di kamar itu hanya menyisakan beberapa meter
ruang lapang saja untuk merebahkan badan, kira-kira seukuran kasur spon tipis,
bagi yang pernah ngekos pasti bisa membayangkan suasananya. Waktu itu hari
libur, kondisi kamar sudah tidak memungkinkan untuk beristirahat, sehingga hati
yang sudah mulai lelah mendorong raga yang cuek ini untuk membersihkan istana
yang sudah mencapai batasnya itu, kalau istilahnya pembawa berita di setiap
mudik itu ‘Over kapacity’ atau kelebihan muatan.
Ada banyak kertas, berkas, bungkusan mie, bungkusan permen, dan tidak ada puntung rokok karena saya tidak merokok yang berhasil dijaring pada pagi itu. Beberapa judul buku yang berhasil diselamatkan dari serangan lumut yang dikarenakan kondisi kamar yang lembab. Dari sekian banyak barang yang dirazia, ada beberapa lembar kertas A4 yang menarik perhatianku. Kertas itu menarik karena ada tulisan tanganku menggunakan pensil yang tercoret diatasnya. Bukan sekedar tulisan pensil biasa, tulisan itu bercerita tentang ungkapan hatiku yang terdalam. Ketika menemukan kertas tersebut bibirku secara otomatis melebar, menunujukkan respon senyum tipis malu-malu, terkadang tertawa kecil karena mengingat momen-momen ketika menuliskan sepenggal pengalaman cinta di atasnya.
Kertas
A4 tersebut sudah mulai usang dan tulisannya pun hampir tidak terbaca lagi.
Tulisan ungkapan hati yang terdalam yang tertulis dikertas itu adalah salah
satu bukti dari perjalanan hidupku. Meminjam nasihat dari Sahabat Nabi, Ali bin
Abu Thalib, beliau pernah berkata ‘Ikatlah
ilmu dengan menuliskannya’, maka tidak ada salahnya jika saya ingin
mengabadikan salah satu bukti perjalanan hidupku tersebut dengan menuliskannya
juga.
Goresan
pensil penuh cinta yang tercoret di atas kertas A4 putih yang usang itu
berjudul ‘Ungkapan Hati yang Terdalam’.
Bagi anda yang belum pernah merasakan pengalaman ini maka bersyukurlah karena
Allah masih melindungimu. Karena sesungguhnya cinta yang sebenarnya atau cinta
yang Hakiki itu bukanlah cinta kepada manusia tetapi cinta kepada Sang empunya
manusia atau yang memiliki manusia yaitu Cinta Kepada Allah semata. Jadi
cintailah wanita/pria itu bukan karena ‘dia’nya tetapi cintailah dia karena
Allah. Maka cintamu itu akan kekal dan tak kan lekang dimakan zaman. Terus
mekar bahkan abadi seperti cintanya para sahabat kepada Rasulullah, cintanya
Rasulullah kepada Khadijah dan masih banyak kisah cinta lainnya. Mungkin saja
cinta kedua orang tua kita, saudara, atau cinta dari sahabat-sahabat kita.
Tulisan
‘Ungkapan Hati yang Terdalam’ ini
adalah salah satu warna yang pernah mewarnai proses perjalanan hidupku, yang
pernah muncuri waktu-waktuku, yang pernah membutakan mataku akan cinta sejati, jadi
jangan diikuti cukup dinikmati saja. Jika ingin mendapatkan cinta sejati, maka
carilah cinta Allah terlebih dahulu, saya yakin Allah akan memperlihatkan
cintanya kepadamu melalui si ‘dia’. Si ‘dia’ yang akan mengisi hari-harimu,
yang akan mewarnai kehidupanmu, dan yang akan menemanimu hingga akhir hayatmu.
Siapakah ‘dia’? Mintalah kepada Allah disetiap sujudmu disiang atau pun malam
untuk mempertemukanmu dengannya.
Insya
Allah bersambung ke tulisan ‘UngkapanHati yang Terdalam’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar