Berhati-hatilah dalam bertutur kata
wahai sahabat. Ingatlah, lidah itu lebih tajam dari pada pedang. Dengan
perkataan yang buruk bisa menyulut kebencian, kemarahan bahkan peperangan.
Jagalah lisan kita dari berkata yang buruk, dengan begitu Allah akan melimpakan
pahalanya kepada kita.
Tahukah kamu wahai sahabat, Islam
telah mengajarkan kita tentang etika dalam berbicara. Jika sahabat ingin
menggapai pahala dan memperbaiki diri, “bacalah!!, hayati dan terapkanlah dalam
kehidupan keseharian kita etika-etika dalam berbicara berikut ini:
Pertama. Hendaknya pembicaraan selalu di dalam kebaikan.
Allah berfirman yang artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma’ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An-Nisa’ : 114).
Kedua. Hendaklah seseorang berbicara dengan
suara yang dapat di dengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah,
ungkapannya jelas, dapat dipahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau
dipaksa-paksakan.
Ketiga, Jangan membicarakan sesuatu yang
tidak berguna bagi anda.
Hadits Rasulullah menyatakan, “Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah
meninggalkan apa yang tidak berguna baginya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Keempat. Janganlah anda membicarakan semua
yang anda dengar.
Abu Hurairah didalam haditsnya
menuturkan, Rasullah bersaba, “cukuplah
menjadi suatu dosa bagi seseorang apabila ia membicarakan semua yang telah ia
dengar.” (HR. Muslim).
Kelima. Menghindari perdebatan dan saling
membantah, sekalipun anda berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan
dusta sekalipun bercanda.
Rasulullah bersabda, “Aku adalah penjamin sebuah istana di taman
surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia
benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang
meninggalkan dusta sekalipun bercanda.” (HR. Abu Daud dan dinilai hasan
oleh al-Albani).
Keenam. Tenang dalam berbicara dan tidak
tergesa-gesa.
Aisyah telah menuturkan, “sesungguhnya Nabi salallahu alaihiwasallam
apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya,
niscaya ia dapat menghitung (kata-kata) beliau.” (Muttafaq ‘alaih).
Ketujuh. Menghindari perkataan jorok (keji).
Rasulullah bersabda, “seorang mukmin itu bukanlah seorang pencela
atau pengutuk atau yang keji pembicaraannya.” (HR. al-Bukhari).
Kedelapan. Menghindari sikap memaksakan diri dan
banyak bicara di dalam berbicara.
Di dalam hadits Jabir disebutkan, “Dan sesungguhnya manusia yang paling aku
benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak
bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
apa itu mutafaihiqun?” Nabi menjawab, “Orang-orang
yang sombong.” (HR. at-Tirmidzi, dinilai hasan oleh al-Albani).
Kesembilan. Menghindari perbuatan ghibah
(menggunjing) dan mengadu domba.
Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain.” (Al-Hujurat: 12).
Kesepuluh. Mendengarkan pembicaraan orang lain
dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui
apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau
mendustakannya.
Kesebelas. Jangan memonopoli dalam berbicara,
tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
Keduabelas. Menghindari perkataan kasar, keras
dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan
pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang
kebencian, permusuhan dan pertentangan.
Ketigabelas. Menghindari sikap mengejek,
memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara.
Allah berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan janganlah pula
wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok).”
(Al-Hujarat: 11).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar