Jumat, 30 Mei 2014

Dikau, Aku Darahmu




Puisi ini saya buat bersamaan dengan tulisan “Ungkapan Hati Yang Terdalam: Cinta TakHarus Memiliki”. Entah setan apa yang merasuki pikiranku saat itu, sampai-sampai saya harus mengabadikan suasana batinku ketika itu tidak hanya dalam sebuah tulisan tetapi juga dalam sebuah puisi. Saya heran terhadap diriku sendiri, saya seolah tak percaya apakah saya yang waktu itu adalah saya yang sebenarnya ataukah saya yang waktu itu adalah representasi dari diriku yang lain. Entahlah, tetapi ketika membaca puisi tersebut, membuatku semakin tak percaya terhadap diriku yang waktu itu. 


Saya kaget,!! Pemilihan kata-kata dalam setiap bait puisi tersebut sungguh cukup berani menurutku. “Dikau, Aku Darahmu!!!” Akh!!! Saya jadi malu sendiri ketika membacanya berulang-ulang. Tetapi sekali lagi, ini adalah sebuah karya yang harus diabadikan, karena menulis itu adalah mengukir keabadian. Membacanya kembali membuat otot pipiki bergerak spontan, dan bibirku enggan untuk menutup. Jika kau barada disampingku saat ini, kau akan melihat senyuman manisku yang langka itu. Hehehe…!!!!

Dikau, Aku Darahmu

Dikau,
Dengarkanlah suara hatiku yang terdalam,
Suara hati yang telah lama terkubur,

Dikau,
Aku sayang padamu,
Sejak pertama kumengenalmu,
Entah mengapa perasaan itu selalu ada,
Dan selalu mengusik pikiranku,
Aku berharap agar perasaan it uterus ada di dalam hatiku,

Dikau,
Aku sayang padamu,
Dengan segala keterbatasan yang kumiliki,
Aku sadar aku bukanlah siapa-siapa,
Aku tidak punya apa-apa,
Tetapi dengan kemauan dan tekad yang kuat,
Aku akan berusaha untuk membahagiakanmu,
Membuatmu tersenyum dan tertawa,

Dikau,
Aku sayang padamu,
Dengan segala kelebihan dan kekuranganmu,
Bagiku, engkau adalah makhluk yang sempurna,
Engkau adalah cahaya penerang dikala diriku dalam kegelapan,
Engkau adalah penyemangat dikala aku dilanda keputus asaan,
Engkau membuatku memahami arti dari hidup ini,

Dikau,
Aku sayang padamu,
Aku sangat menyayangimu,
Walaupun engkau membenciku,
Aku akan tetap menyayangimu,
Sampai kapan pun,
Karena aku adalah DARAHMU.

“Madanosin”

Catt: Bagi pembaca sekalian, puisi tersebut adalah salah satu contoh bagaimana cinta itu bisa membutakan logika kita. Cinta itu bisa mengarahkan kita melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah Ta’ala jika cinta itu di landasi oleh nafsu semata. Oleh karena itu, cintailah Sang Pemilik Cinta dengan sebenar-benarnya Cinta. Karena dengan mencintai Allah Ta’ala maka cinta akan mengarahkanmu pada cinta yang sejati. Seperti itulah seharusnya kita memahami tentang cinta.

Sekian, semoga bermanfaat.!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar