Puisi
ini saya buat bersamaan dengan tulisan “Ungkapan Hati Yang Terdalam: Cinta TakHarus Memiliki”. Entah setan apa yang merasuki pikiranku saat itu,
sampai-sampai saya harus mengabadikan suasana batinku ketika itu tidak hanya
dalam sebuah tulisan tetapi juga dalam sebuah puisi. Saya heran terhadap diriku
sendiri, saya seolah tak percaya apakah saya yang waktu itu adalah saya yang
sebenarnya ataukah saya yang waktu itu adalah representasi dari diriku yang
lain. Entahlah, tetapi ketika membaca puisi tersebut, membuatku semakin tak
percaya terhadap diriku yang waktu itu.
Saya
kaget,!! Pemilihan kata-kata dalam setiap bait puisi tersebut sungguh cukup
berani menurutku. “Dikau, Aku Darahmu!!!” Akh!!! Saya jadi malu sendiri ketika
membacanya berulang-ulang. Tetapi sekali lagi, ini adalah sebuah karya yang
harus diabadikan, karena menulis itu adalah mengukir keabadian. Membacanya
kembali membuat otot pipiki bergerak spontan, dan bibirku enggan untuk menutup.
Jika kau barada disampingku saat ini, kau akan melihat senyuman manisku yang
langka itu. Hehehe…!!!!
Dikau, Aku Darahmu
Dikau,
Dengarkanlah suara
hatiku yang terdalam,
Suara hati yang telah
lama terkubur,
Dikau,
Aku sayang padamu,
Sejak pertama
kumengenalmu,
Entah mengapa
perasaan itu selalu ada,
Dan selalu mengusik
pikiranku,
Aku berharap agar
perasaan it uterus ada di dalam hatiku,
Dikau,
Aku sayang padamu,
Dengan segala
keterbatasan yang kumiliki,
Aku sadar aku
bukanlah siapa-siapa,
Aku tidak punya
apa-apa,
Tetapi dengan kemauan
dan tekad yang kuat,
Aku akan berusaha
untuk membahagiakanmu,
Membuatmu tersenyum
dan tertawa,
Dikau,
Aku sayang padamu,
Dengan segala
kelebihan dan kekuranganmu,
Bagiku, engkau adalah
makhluk yang sempurna,
Engkau adalah cahaya
penerang dikala diriku dalam kegelapan,
Engkau adalah
penyemangat dikala aku dilanda keputus asaan,
Engkau membuatku
memahami arti dari hidup ini,
Dikau,
Aku sayang padamu,
Aku sangat
menyayangimu,
Walaupun engkau
membenciku,
Aku akan tetap
menyayangimu,
Sampai kapan pun,
Karena aku adalah
DARAHMU.
“Madanosin”
Catt:
Bagi pembaca sekalian, puisi tersebut adalah salah satu contoh bagaimana cinta
itu bisa membutakan logika kita. Cinta itu bisa mengarahkan kita melakukan
sesuatu yang dilarang oleh Allah Ta’ala jika cinta itu di landasi oleh nafsu
semata. Oleh karena itu, cintailah Sang Pemilik Cinta dengan sebenar-benarnya
Cinta. Karena dengan mencintai Allah Ta’ala maka cinta akan mengarahkanmu pada
cinta yang sejati. Seperti itulah seharusnya kita memahami tentang cinta.
Sekian,
semoga bermanfaat.!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar