Ibnul Jauzi berkata, “Jangan
sekali-kali kamu tertipu dalam menilai kepahlawanan seorang lelaki dari
perilaku-perilakunya dan apa yang kamu lihat dari amal ibadahnya seperti
shalat, puasa, sedekah, dan uzlah (mengasingkan diri) dari orang lain.
Sesungguhnya, seorang lelaki yang
disebut pahlawan adalah orang yang senantiasa memelihara dua perkara, yakni
menjaga aturan-aturan Allah dan senantiasa ikhlas dalam beramal.
Padahal, berapa banyak kita melihat
ahli ibadah yang melanggar aturan-aturan Allah dengan melakukan ghibah,
perkara-perkara yang tidak diperbolehkan, dan memperturutkan hawa nafsunya.
Selain itu, kita juga sering melihat orang yang kita anggap sebagai orang yang
taat beragama, tetapi dalam amalnya sering ditujukan kepada selain Allah.
Masalah seperti ini bisa bertambah dan berkurang dalam diri seseorang.
Sesungguhnya pahlawan sejati adalah
orang yang senantiasa memelihara-aturan-aturan Allah, yakni segala sesuatu yang
diwajibkan dan diperintahkan Allah kepadanya. Di samping itu, ia adalah orang
yang senantiasa meluruskan niat dan tujuannya sehingga seluruh amal dan
perkataannya hanya ditujukan kepada Allah. Ia tidak mempersembahkannya kepada
seseorang serta tidak berharap sanjungan dan pujian manusia.
Mungkin dalam hal ini bisa saja ia
memaksakan diri untuk senantiasa tersenyum
di hadapan orang lain dan bersikap ramah terhadap mereka. Hal ini agar
orang-orang tidak menganggapnya ahli zuhud. Ibnu sirin adalah orang yang suka
tertawa pada siang hari. Tetapi, saat malam tiba ia seolah-olah telah membunuh
seluruh penduduk negerinya.
Ketahuilah bahwa Zat yang ditujukan
kepada-Nya seluruh amalan tidaklah membutuhkan sekutu. Sedangkan orang yang
ikhlas ialah orang yang hanya menujukan maksudnya kepada Allah.
Sebaliknya orang yang riya ialah orang
yang menjadikan sekutu bagi-Nya supaya ia mendapatkan pujian dari orang lain.
Walaupun demikian, semua itu bisa berubah-ubah. Sebab hati mereka berada dalam
kekuasaan Zat yang mereka sekutukan. Ia akan membolak-balikkan hatinya kepada
kejelekan dan bukan untuk kebaikan.
Sedangkan orang yang diberi taufik
Allah ialah orang yang segala interaksi dan perbuatannya, baik lahir maupun
batin hanya ditujukan kepada Allah. Orang seperti ini akan dicintai oleh
manusia, sekalipun ia tak ambil peduli dengan mereka. Sebagaimana manusia juga
akan membenci orang yang bersikap riya’, sekalipun amal ibadahnya kuat dan
banyak.
Seorang lelaki yang tersifati dengan
beberapa karakteristik ini akan selalu mencari kesempurnaan ilmu dan tak akan
pernah puas melaksanakan keutamaan.
Ia akan selalu mengisi dan melalui
hari-harinya dengan berbagai kebaikan yang mampu ia kerjakan. Hatinya tak
pernah kering dari amal-amal yang hasilnya akan dipetiknya pada hari esok.
Sebab ia senantiasa sibuk dengan yang Mahabenar.”
Sumber: Buku Detik-Detik Penuh Makna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar