Senin, 29 Agustus 2016

Guru Ngaji Dadakan


Suatu sore di teras sebuah masjid kecil selepas shalat ashar sembari menunggu kapal feri tiba dari Baubau, saya beristirahat sejenak. Tetiba, ada beberapa anak kecil menghampiri, "kaka, ajar mengaji dolo kah". Sambil tersenyum saya langsung menjawab "Ayok...!!!" Biasanya saya dipanggil om, tapi karna dipanggil kakak semangat saya langsung naik. Hehe

Ketika mengajar mereka, saya jadi teringat santri-santriku di TPA Al Wahid, mereka pasti menungguku sore ini. (Ngarep,). Karna beberapa hal, saya telat pulang. Hehe

Setelah mengajar beberapa santri di masjid kawasan pelabuhan wamengkoli tersebut, saya jadi tambah yakin bahwa untuk mengajar itu butuh metode dan untuk mengetahui metodenya butuh belajar, butuh ilmu.

Ketika hendak mengaji, mereka langsung berbaris mengantri di depanku. Hal tersebut sangat berbeda dengan metode yg saya terapkan di TPA Al Wahid, dimana sebelum mengaji ada lingkaran untuk pembukaan klasik, kemudian mengaji dan terakhir ada lingkaran lagi untuk penutupan. Walau berbeda tetapi sama-sama ingin pintar mengaji. Semoga Allah membukakan pintu hati mereka sehingga mudah dalam belajar mengajinya.

Jadi guru ngaji dadakan di tempat yang asing adalah pengalaman berharga bagiku. Benar bahwa ilmu itu dimanapun dia berada tetap akan bermanfaat jika yang punya ilmu mau mengamalkan.

Insya Allah suatu hari nanti, saya akan ke masjid itu lagi, untuk mengajar mereka mengaji sekaligus memberi sedikit hadiah biar mengajinya lebih semangat lagi. Aamiinn.

Sore hari di pelabuhan feri Wamengkoli, Kabupaten Buton Tengah.

Madanosin, Abu Harits Al Buthony, Sahrul_Madan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar