Rabu, 31 Agustus 2016

Santriku terdiam, Imam Malik berkata "saya tidak tahu".


Setiap hari, sebelum dan sesudah mengaji kami selalu membuat lingkaran besar. Ada 6 hal minimal yang dilakukan selama berada dalam lingkaran, salah satunya adalah belajar pengetahuan tentang Islam.

Untuk beberapa pekan ini, materi pertama yang saya ajarkan kepada mereka adalah tentang rukun islam. Dulu, ketika diawal2 mengumpul mereka untuk mengaji, saya bertanya tentang rukun islam, mereka terdiam. Kemudian saya bertanya tentang bacaan syahadat, juga terdiam.

Tetapi kini, ketika saya bertanya tentang kedua hal tersebut, mereka rebutan menjawab, sampe2 ada yang kecewa karna nda ditunjuk. saya hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Semoga Allah membuka pintu hati mereka agar selalu dalam hidayah-Nya. 

Kemarin sore 5 Sya'ban 1437 H, sebelum pulang saya bertanya kepada santri putriku yang jumlahnya 20-an lebih, "Apa itu Islam? Mereka terdiam." Saya kemudian memancing mereka tuk berani berpendapat. Tetiba ada yang berbicara "Agamanya Allah". Sudah benar, tapi masih kurang tepat sahutku. Mereka masih terdiam. Saya pun terdiam. Hehehe. 

Kemudian saya menjelaskan kepada mereka bahwa Islam adalah Agamanya Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penyempurna ajaran agama sebelumnya. Barulah mereka riuh kembali.

Diam bukanlah sesuatu yang tercela. Berkata "saya tidak tahu" atas perkara yang memang kita tidak punya ilmu tentangnya, bukanlah menjadi standar rendahnya pengetahuan seseorang. Karena Imam Malik rahimallahu Ta'ala, seorang ulama besar, ahli hadis, beliau menjadi rujukan para ulama, beliau faqih dan apa pun yang beliau fatwakan pada masanya akan diikuti, tetapi beliau ketika ditanya tentang perkara yang tidak diketahui, beliau cukup berkata "Saya tidak tahu". Karena seringnya berkata demikian, sampai-sampai para ulama menyimpulkan bahwa perkataan "tidak tahu" adalah bagian dari ilmu itu sendiri. 

Dengan kepolosannya, santri-santriku mengajarkanku satu pelajaran penting tentang "diam". Lebih baik "diam" atau berkata "tidak tahu" tentang perkara yang kita tidak punya ilmu tentangnya daripada sok tahu yang ujungnya bisa menjadi dosa dan awal kerusakan. Wallahualam

Madanosin, Sahrul_Madan, Abu Harits Al Buthiny

Tidak ada komentar:

Posting Komentar