Senin, 28 April 2014

Ibu, Aku Ingin Berbagi Cerita Denganmu

Ibu, hari ini tanggal 27 April 2014 aku genap berusia dua puluh lima tahun. Tak terasa sudah seperempat abad lamanya engkau melahirkanku di dunia ini.

Ibu, setiap tahun teman-temanku selalu mengucapkan selamat milad, selamat ulang tahun kepadaku tetapi tak pernah sekalipun engkau mengucapkannya kepadaku. Seingatku, aku tak pernah merayakannya. Dulu ketika remaja aku belum menyadarinya tetapi sekarang aku paham betul bahwa bagimu setiap hari, setiap detik bersamaku adalah sangat spesial bagimu. Engkau mengajarkanku untuk menghargai waktu dan kesederhanaan.

Aku jadi teringat ketika masih sekolah dulu, engkau selalu menungguku pulang dari sekolah di teras rumah atau di ruang tamu. Engkau selalu tersenyum setiap kali melihatku pulang dari sekolah. Ibu, aku ingin memberitahumu bahwa senyumanmu saat itu adalah obat lelahku. Seyumanmu indah sekali. 


Ketika aku kuliah di rantau, setiap kali liburan engkau selalu bertanya kepadaku kapan aku pulang. Tak berubah sedikit pun, engkau masih saja selalu menungguku di teras rumah atau di ruang tamu. Dan senyummu itu masih saja sama, tak berubah sedikit pun walaupun usiamu sudah semakin bertambah. Ibu aku ingin berbisik di telingamu, senyummu manis sekali, aku sangat menyukainya.

Ayah pernah berkata bahwa ketika ibu mengandungku, ibu suku sekali makan palu butung. Mungkin karena itulah mengapa setiap kali bulan Ramadhan aku selalu minta dibuatkan palu butung olehmu untuk menu berbuka puasa. Mungkin juga karena itulah sampai sekarang aku sangat suka makan palu butung. Mungkin juga karena itulah, ketika aku membuatkanmu palu butung, engkau memakannya dengan lahap dan menghabiskannya. Ibu, saat itu aku senang sekali, karena engkau memuji palu butung buatanku. Aku senang karena ternyata engkau lebih banyak memakannya dari pada diriku. Ibu, aku ingin ibu tahu bahwa itu memang palu butung spesial yang aku buatkan untukmu.

Dulu ketika masih kecil, aku selalu menyusahkanmu jika ingin makan. Engkau tahu betul bahwa aku suka sekali makan ikan goreng. Aku akan menangis atau malas makan jika tidak ada ikan gorengnya. Ibu maafkan aku karena dulu aku sering sekali menangis jika tidak ada ikan goring, sampai-sampai nenek marah-marah dan pergi mencarikan minyak goreng hanya untuk menggorengkanku ikan. Tapi ibu, sekarang aku sudah berubah. Aku sudah tidak lagi memilih-milih makanan. Apa pun makanan yang dihidangkan akan kulahap, walaupun hanya nasi dan garam, itu sudah cukup bagiku. Ibu, aku tidak akan merepotkanmu lagi.

Ibu, kata ayah ketika aku remaja, engkau pernah marah kepadanya karena ayah selalu menyuruhku untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat. Ibu, aku ini anak lelaki yang paling tua, kakakku perempuan semua, aku paham dengan apa yang ayah inginkan dariku. Dia ingin mengajarkanku cara menjadi laki-laki sesungguhnya. Dia ingin aku menjadi laki-laki sejati, laki-laki yang kuat, laki-laki yang pemberani. Ibu, janganlah engkau marah kepada ayah, karena ajaran-ajaran ayah, didikan-didikannya, telah aku rasakan manfaatnya sekarang.

Ibu, dulu ketika sekolah aku selalu takut karena aku terkesan selalu dimanjakan olehmu dibanding kakak-kakakku. Aku takut kakak-kakakku beranggapan lain kepadaku. Aku tahu engkau memanjakanku karena aku berprestasi di sekolah sehingga apa pun yang kuminta selalu kau turuti sebagai penghargaan atas prestasiku. Tetapi sekarang aku sadar, bahwa kasih sayangmu kepada kami sama, tidak ada yang dibeda-bedakan. Buktinya Bu, dimana pun kami berada, kami selalu merindukanmu, kami selalu ingin bertemu denganmu. Iya kan Bu!!!

Ibu, dulu ketika aku berbuat salah, ketika aku menjahili teman-temanku, ketika aku dimarahi oleh ayah, ketika aku ingin dipukul oleh ayah karena kenakalanku, engkau selalu melindungiku, aku selalu lari berlindung dibelakangmu. Ibu, terus terang saat itu berada disampingmu adalah tempat teraman bagiku. Terimakasih bu, engkau telah mengajarkanku tentang kasih sayang.

Ibu, aku tak kan pernah lupa dengan peristiwa itu, peristiwa yang sangat mengharukan bagiku. Waktu itu aku masih duduk dibangku SMA, engkau lagi-lagi melindungku, engkau menjadi malaikat penolongku. Terdengar dengan jelas apa yang engkau ucapkan dengan orang itu dari dalam kamar yang sengaja engkau kunci dari luar. Engkau rela dibawa pergi oleh orang itu asalkan dia tidak masuk ke dalam kamar tempatku berada. Ibu, aku ingin memberitahumu, saat itu aku sangat membenci diriku karena peristiwa itu, aku menyesal menjadi seorang laki-laki karena tidak bisa melindungimu, justru sebaliknya, lagi-lagi engkau yang menyelamatkanku, Ibu engkau adalah bidadari penolongku, bidadari penyelamatku, aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Aku tidak akan pernah Bu. Ibu Maafkan aku.

Ibu, aku sekarang sudah dewasa, aku sudah besar, aku sudah menjadi anak yang kuat. Aku sudah siap menghadapi kerasnya dunia ini. Jadi jangan khwatir Bu.

Ibu, dulu setiap kali aku memanjangkan jenggot, ibu selalu menyuruhku mencukurnya. Aku tahu ibu takut aku akan marah jika ada orang yang mengejekku mirip kambing karena jenggot tersebut. Jangan khawatir bu, sekarang aku tidak akan marah lagi jika diejek mirip kambing karena aku sudah paham betul manfaat dan tujuan aku memanjangkan jenggot. Jangan khawatir bu, sekarang aku sudah tidak mudah marah lagi, aku sudah bisa mengontrol emosiku dengan baik. Ibu, engkau pasti akan bangga jika melihatku ketika mengontrol amarahku. Aku pastikan itu Bu.

Ibu, terimakasih, karena engkau telah melahirkanku dari rahimmu. Engkau telah membesarkanku hingga usiaku sekarang. Aku tahu, aku sadar, bahwa sampai mati pun aku tidak bisa membalas budi baikmu.

Ibu, aku ingin memberitahumu bahwa terus terang aku senang sekali ketika engkau menghubungiku bahwa mangga yang kutanam di halaman rumah 10 tahun yang lalu sudah berbunga. Artinya tidak lama lagi, mangga itu akan berbuah. Akhirnya penantian panjangku untuk melihat mangga tersebut berbuah tidak sia-sia. Dulu ketika aku frustasi karena sudah sekian lama mangga tersebut tak kunjung berbuah, sementara mangga tetangga belum lama ditanam sudah berbuah, tetapi engkau selalu menyemangatiku. Ketika tetangga-tetangga menyarankan untuk memotongnya, engkau justru merawatnya, menyiramnya, dan meyakinkanku bahwa mangga tersebut suatu saat pasti akan berbuah. Ibu, kata-katamu selalu membuatku yakin. Terimakasih Bu, lagi-lagi engkau telah mengajarkanku tentang pentingya bekerja keras, pentingnya kesabaran, untuk mencapai hal yang diinginkan. 

Ibu, sekarang mangga itu sudah berbuah lebat, anak-anak banyak yang mengambilnya sebelum matang. Aku katakan kepada adik dan kakakku agar tidak memarahi mereka, cukup katakan kepada mereka untuk menunggu hingga buahnya matang dan jika mereka ingin merasakan nikmatnya buah tersebut silahkan petik secukupnya. Ibu, satu hal yang ingin aku katakana padamu, buah manggaku manis sekali, seandainya aku bisa memakannya bersamamu, aku pasti dengan senang hati menyuapimu.

Ibu, ayah dan kakak-kakakku pernah berkata bahwa, ketika aku kecil dulu, setiap kali aku menangis engkau selalu menggendongku sampai aku berhenti menangis. Setiap kali aku susah tidur, engkau selalu menggendongku hingga aku tertidur. Engkau selalu menepuk-nepuk pahaku dengan lembut setiap kali ingin menidurkanku. Ibu kehangatan pelukanmu dan tepukan lembutmu masih terasa jelas dalam ingatanku.

Ibu, aku bersyukur karena engkau memberikanku kesempatan untuk memelukmu, menggendongmu walaupun hanya beberapa kali dan sebentar. Ibu aku ingin menggodamu, engkau adalah wanita pertama yang aku peluk dan aku gendong. Ibu aku sangat suka momen-momen itu. Ibu, itu adalah momen-momen terindah dalam hidupku. Terimakasih bu. Aku mencintaimu.

Ibu, engkau adalah wanita pertama yang aku cintai di dunia ini, engkau adalah cinta pertamaku dan cinta seumur hidupku.

Ibu, janganlah engkau bersedih, aku sudah memiliki kriteria wanita idaman yang akan mendampingiku nanti, aku yakin engkau pasti menerima kriteria yang aku impikan tersebut. Ibu, jangan cemburu yah, engkau tetap ada dihatiku sampai Allah memanggilku untuk bertemu denganmu.

Ibu, sesuai permintaanmu, aku akan menyelesaikan studiku secepatnya, aku akan bersungguh-sungguh untuk menggapai cita-citaku baru kemudian meminang gadis pujaan hatiku tersebut.

Ibu, kakak pernah bercerita bahwa, ibu ingin sekali aku kuliah di luar negri. Jika itu kemauanmu bu, maka aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Jika tidak berhasil kuliah diluar negri, setidaknya aku akan menginjakkan kakiku di sana, dan menuliskan kata I Love You Mam. Tunggu saja bu, dengan izin Allah aku akan melakukannya.

Ibu, aku sudah mengkalkulasinya, setidaknya butuh waktu lima tahun lagi untuk bisa mewujudkan impinku dan  impian kita bersama. Tenang bu, itu hanya hitungan kasar dariku, tetapi untuk membuatmu bangga aku akan melakukannya seumur hidupku, sampai ajal menjemputku untuk bertemu denganmu. Jangan kahwatir Bu.  Aku pasti bisa.

Ibu, banyak sekali pelajaran hidup yang engkau ajarkan kepadaku. Terimakasih Bu, diakhir-akhir hayatmu engkau telah mengajarkanku untuk menjadikan Islam sebagai kompas hidupku.



Ibu, aku mencintaimu,
Ibu, aku sangat mencintaimu,
Ibu, aku sangat-sangat mencintaimu,

Ibu, maafkan aku,

Ibu, aku yakin engkau pasti mengerti,
Aku yakin bahwa rasa cintamu kepadaku karena rasa cintamu kepada Allah yang telah menitipkanku kepadamu,

Ibu, sekarang aku semakin yakin bahwa hanya dengan mencintai Allah dan Rasulnya dan dengan cinta Allah tersebutlah aku akan berjumpa denganmu kelak di akhirat.

Hanya dengan izin Allah sajalah aku bisa melihat wajahmu kembali,
Hanya dengan kekuasaan Allah lah aku bisa tidur dipangkuanmu lagi, bermanja-manja denganmu.

Ibu, aku ingin memberitahumu sesuatu, sekarang aku sedang membangun sebuah istana di surga. Aku sedang mempersiapkan pakaian surga dan mahkota yang cahayanya lebih baik dari pada cahaya matahari untukmu dan ayah. 

Ibu, aku ingin memberitahumu bahwa aku sudah mendapatkan cara untuk bisa bertemu denganmu di akhirat kelak. Jika saat itu tiba, dan dengan izin Allah, aku akan meminta kepadaNya untuk memasukkan ibu dan ayah ke dalam istana yang sudah aku bangun dengan mengenakan pakaian surga dan mahkota yang bermandikan cahaya. Ibu, tunggu kedatanganku. Ibu, aku merindukan hari-hari itu tiba. Semoga Allah memudahkan segalanya yah Bu. Aamiin!!!

Ibu, sesungguhnya Allah Maha penyayang lagi maha pengasih. Aku yakin Allah akan mengabulkan keinginan hambanya yang senantiasa bertaqwa kepadanya.

Ibu aku akan mengingat semua pesanmu, pesan yang engkau ucapkan ketika kita bertatap muka berdua di kamarku, untuk selalu menyayangi dan mencintai kakak-kakakku dan adik-adikku, untuk menggapai cita-citaku setinggi-tingginya, untuk tidak sekali pun meninggalkan shalat lima waktu. Ibu aku akan mengingat semua pelajaran hidup yang engkau ajarkan kepadaku, akau akan berusaha, bekerja keras dan bersabar dalam menjalaninya.

Terimakasih Ibu,

Aku mencintaimu, I Love You Mam,
Aku anakmu, La Ode Sahrul Ramadan.

2 komentar:

  1. "aku sedang membangun sebuah istana di surga, mempersiapkan pakaian surga dan mahkota yg cahayanya lebih baik dari cahaya matahari".

    Semoga senantiasa dikuatkan. Sebab kadang-kadang, bukan pencapaiannya yg susah, melainkan kemampuan seseorang untuk ttp bertahan (baca: istiqamah).

    Barokallah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukran..!!!
      Insya Allah saya akan menikmati setiap prosesnya dengan cinta.

      Semoga Allah membalas cintaku, cinta kita kepadaNya, dengan menghadiankan Instiqamah dalam hati-hati kita.

      Keep Istiqamah Till The End (KITTE). Slogan baruku.!!!

      Hapus