Ibu, hari ini tanggal 27 April 2014
aku genap berusia dua puluh lima tahun. Tak terasa sudah seperempat abad
lamanya engkau melahirkanku di dunia ini.
Ibu, setiap tahun teman-temanku selalu
mengucapkan selamat milad, selamat ulang tahun kepadaku tetapi tak pernah
sekalipun engkau mengucapkannya kepadaku. Seingatku, aku tak pernah
merayakannya. Dulu ketika remaja aku belum menyadarinya tetapi sekarang aku
paham betul bahwa bagimu setiap hari, setiap detik bersamaku adalah sangat spesial
bagimu. Engkau mengajarkanku untuk menghargai waktu dan kesederhanaan.
Aku jadi teringat ketika masih sekolah
dulu, engkau selalu menungguku pulang dari sekolah di teras rumah atau di ruang
tamu. Engkau selalu tersenyum setiap kali melihatku pulang dari sekolah. Ibu,
aku ingin memberitahumu bahwa senyumanmu saat itu adalah obat lelahku. Seyumanmu
indah sekali.
Ketika aku kuliah di rantau, setiap
kali liburan engkau selalu bertanya kepadaku kapan aku pulang. Tak berubah
sedikit pun, engkau masih saja selalu menungguku di teras rumah atau di ruang
tamu. Dan senyummu itu masih saja sama, tak berubah sedikit pun walaupun usiamu
sudah semakin bertambah. Ibu aku ingin berbisik di telingamu, senyummu manis
sekali, aku sangat menyukainya.
Ayah pernah berkata bahwa ketika ibu
mengandungku, ibu suku sekali makan palu butung. Mungkin karena itulah mengapa
setiap kali bulan Ramadhan aku selalu minta dibuatkan palu butung olehmu untuk menu
berbuka puasa. Mungkin juga karena itulah sampai sekarang aku sangat suka makan
palu butung. Mungkin juga karena itulah, ketika aku membuatkanmu palu butung,
engkau memakannya dengan lahap dan menghabiskannya. Ibu, saat itu aku senang
sekali, karena engkau memuji palu butung buatanku. Aku senang karena ternyata
engkau lebih banyak memakannya dari pada diriku. Ibu, aku ingin ibu tahu bahwa
itu memang palu butung spesial yang aku buatkan untukmu.
Dulu ketika masih kecil, aku selalu
menyusahkanmu jika ingin makan. Engkau tahu betul bahwa aku suka sekali makan
ikan goreng. Aku akan menangis atau malas makan jika tidak ada ikan gorengnya. Ibu
maafkan aku karena dulu aku sering sekali menangis jika tidak ada ikan goring,
sampai-sampai nenek marah-marah dan pergi mencarikan minyak goreng hanya untuk
menggorengkanku ikan. Tapi ibu, sekarang aku sudah berubah. Aku sudah tidak
lagi memilih-milih makanan. Apa pun makanan yang dihidangkan akan kulahap,
walaupun hanya nasi dan garam, itu sudah cukup bagiku. Ibu, aku tidak akan
merepotkanmu lagi.
Ibu, kata ayah ketika aku remaja,
engkau pernah marah kepadanya karena ayah selalu menyuruhku untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang berat. Ibu, aku ini anak lelaki yang paling tua,
kakakku perempuan semua, aku paham dengan apa yang ayah inginkan dariku. Dia ingin
mengajarkanku cara menjadi laki-laki sesungguhnya. Dia ingin aku menjadi
laki-laki sejati, laki-laki yang kuat, laki-laki yang pemberani. Ibu, janganlah
engkau marah kepada ayah, karena ajaran-ajaran ayah, didikan-didikannya, telah
aku rasakan manfaatnya sekarang.
Ibu, dulu ketika sekolah aku selalu
takut karena aku terkesan selalu dimanjakan olehmu dibanding kakak-kakakku. Aku
takut kakak-kakakku beranggapan lain kepadaku. Aku tahu engkau memanjakanku
karena aku berprestasi di sekolah sehingga apa pun yang kuminta selalu kau turuti
sebagai penghargaan atas prestasiku. Tetapi sekarang aku sadar, bahwa kasih sayangmu
kepada kami sama, tidak ada yang dibeda-bedakan. Buktinya Bu, dimana pun kami
berada, kami selalu merindukanmu, kami selalu ingin bertemu denganmu. Iya kan
Bu!!!
Ibu, dulu ketika aku berbuat salah,
ketika aku menjahili teman-temanku, ketika aku dimarahi oleh ayah, ketika aku
ingin dipukul oleh ayah karena kenakalanku, engkau selalu melindungiku, aku
selalu lari berlindung dibelakangmu. Ibu, terus terang saat itu berada
disampingmu adalah tempat teraman bagiku. Terimakasih bu, engkau telah
mengajarkanku tentang kasih sayang.
Ibu, aku tak kan pernah lupa dengan
peristiwa itu, peristiwa yang sangat mengharukan bagiku. Waktu itu aku masih
duduk dibangku SMA, engkau lagi-lagi melindungku, engkau menjadi malaikat
penolongku. Terdengar dengan jelas apa yang engkau ucapkan dengan orang itu
dari dalam kamar yang sengaja engkau kunci dari luar. Engkau rela dibawa pergi
oleh orang itu asalkan dia tidak masuk ke dalam kamar tempatku berada. Ibu, aku
ingin memberitahumu, saat itu aku sangat membenci diriku karena peristiwa itu,
aku menyesal menjadi seorang laki-laki karena tidak bisa melindungimu, justru
sebaliknya, lagi-lagi engkau yang menyelamatkanku, Ibu engkau adalah bidadari
penolongku, bidadari penyelamatku, aku tidak akan pernah melupakan peristiwa
itu. Aku tidak akan pernah Bu. Ibu Maafkan aku.
Ibu, aku sekarang sudah dewasa, aku
sudah besar, aku sudah menjadi anak yang kuat. Aku sudah siap menghadapi
kerasnya dunia ini. Jadi jangan khwatir Bu.
Ibu, dulu setiap kali aku memanjangkan
jenggot, ibu selalu menyuruhku mencukurnya. Aku tahu ibu takut aku akan marah
jika ada orang yang mengejekku mirip kambing karena jenggot tersebut. Jangan
khawatir bu, sekarang aku tidak akan marah lagi jika diejek mirip kambing
karena aku sudah paham betul manfaat dan tujuan aku memanjangkan jenggot. Jangan
khawatir bu, sekarang aku sudah tidak mudah marah lagi, aku sudah bisa
mengontrol emosiku dengan baik. Ibu, engkau pasti akan bangga jika melihatku
ketika mengontrol amarahku. Aku pastikan itu Bu.
Ibu, terimakasih, karena engkau telah
melahirkanku dari rahimmu. Engkau telah membesarkanku hingga usiaku sekarang. Aku
tahu, aku sadar, bahwa sampai mati pun aku tidak bisa membalas budi baikmu.
Ibu, aku ingin memberitahumu bahwa
terus terang aku senang sekali ketika engkau menghubungiku bahwa mangga yang
kutanam di halaman rumah 10 tahun yang lalu sudah berbunga. Artinya tidak lama
lagi, mangga itu akan berbuah. Akhirnya penantian panjangku untuk melihat
mangga tersebut berbuah tidak sia-sia. Dulu ketika aku frustasi karena sudah
sekian lama mangga tersebut tak kunjung berbuah, sementara mangga tetangga
belum lama ditanam sudah berbuah, tetapi engkau selalu menyemangatiku. Ketika tetangga-tetangga
menyarankan untuk memotongnya, engkau justru merawatnya, menyiramnya, dan
meyakinkanku bahwa mangga tersebut suatu saat pasti akan berbuah. Ibu,
kata-katamu selalu membuatku yakin. Terimakasih Bu, lagi-lagi engkau telah
mengajarkanku tentang pentingya bekerja keras, pentingnya kesabaran, untuk
mencapai hal yang diinginkan.
Ibu, sekarang mangga itu sudah berbuah
lebat, anak-anak banyak yang mengambilnya sebelum matang. Aku katakan kepada
adik dan kakakku agar tidak memarahi mereka, cukup katakan kepada mereka untuk
menunggu hingga buahnya matang dan jika mereka ingin merasakan nikmatnya buah
tersebut silahkan petik secukupnya. Ibu, satu hal yang ingin aku katakana padamu,
buah manggaku manis sekali, seandainya aku bisa memakannya bersamamu, aku pasti
dengan senang hati menyuapimu.
Ibu, ayah dan kakak-kakakku pernah
berkata bahwa, ketika aku kecil dulu, setiap kali aku menangis engkau selalu
menggendongku sampai aku berhenti menangis. Setiap kali aku susah tidur, engkau
selalu menggendongku hingga aku tertidur. Engkau selalu menepuk-nepuk pahaku
dengan lembut setiap kali ingin menidurkanku. Ibu kehangatan pelukanmu dan
tepukan lembutmu masih terasa jelas dalam ingatanku.
Ibu, aku bersyukur karena engkau
memberikanku kesempatan untuk memelukmu, menggendongmu walaupun hanya beberapa
kali dan sebentar. Ibu aku ingin menggodamu, engkau adalah wanita pertama yang
aku peluk dan aku gendong. Ibu aku sangat suka momen-momen itu. Ibu, itu adalah
momen-momen terindah dalam hidupku. Terimakasih bu. Aku mencintaimu.
Ibu, engkau adalah wanita pertama yang
aku cintai di dunia ini, engkau adalah cinta pertamaku dan cinta seumur
hidupku.
Ibu, janganlah engkau bersedih, aku
sudah memiliki kriteria wanita idaman yang akan mendampingiku nanti, aku yakin engkau
pasti menerima kriteria yang aku impikan tersebut. Ibu, jangan cemburu yah, engkau
tetap ada dihatiku sampai Allah memanggilku untuk bertemu denganmu.
Ibu, sesuai permintaanmu, aku akan
menyelesaikan studiku secepatnya, aku akan bersungguh-sungguh untuk menggapai
cita-citaku baru kemudian meminang gadis pujaan hatiku tersebut.
Ibu, kakak pernah bercerita bahwa, ibu
ingin sekali aku kuliah di luar negri. Jika itu kemauanmu bu, maka aku akan
berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Jika tidak berhasil kuliah diluar
negri, setidaknya aku akan menginjakkan kakiku di sana, dan menuliskan kata I Love
You Mam. Tunggu saja bu, dengan izin Allah aku akan melakukannya.
Ibu, aku sudah mengkalkulasinya,
setidaknya butuh waktu lima tahun lagi untuk bisa mewujudkan impinku dan impian kita bersama. Tenang bu, itu hanya
hitungan kasar dariku, tetapi untuk membuatmu bangga aku akan melakukannya
seumur hidupku, sampai ajal menjemputku untuk bertemu denganmu. Jangan kahwatir
Bu. Aku pasti bisa.
Ibu, banyak sekali pelajaran hidup yang
engkau ajarkan kepadaku. Terimakasih Bu, diakhir-akhir hayatmu engkau telah
mengajarkanku untuk menjadikan Islam sebagai kompas hidupku.
Ibu, aku mencintaimu,
Ibu, aku sangat mencintaimu,
Ibu, aku sangat-sangat mencintaimu,
Ibu, maafkan aku,
Ibu, aku yakin engkau pasti mengerti,
Aku yakin bahwa rasa cintamu kepadaku
karena rasa cintamu kepada Allah yang telah menitipkanku kepadamu,
Ibu, sekarang aku semakin yakin bahwa
hanya dengan mencintai Allah dan Rasulnya dan dengan cinta Allah tersebutlah
aku akan berjumpa denganmu kelak di akhirat.
Hanya dengan izin Allah sajalah aku
bisa melihat wajahmu kembali,
Hanya dengan kekuasaan Allah lah aku
bisa tidur dipangkuanmu lagi, bermanja-manja denganmu.
Ibu, aku ingin memberitahumu sesuatu,
sekarang aku sedang membangun sebuah istana di surga. Aku sedang mempersiapkan
pakaian surga dan mahkota yang cahayanya lebih baik dari pada cahaya matahari
untukmu dan ayah.
Ibu, aku ingin memberitahumu bahwa aku
sudah mendapatkan cara untuk bisa bertemu denganmu di akhirat kelak. Jika saat
itu tiba, dan dengan izin Allah, aku akan meminta kepadaNya untuk memasukkan
ibu dan ayah ke dalam istana yang sudah aku bangun dengan mengenakan pakaian
surga dan mahkota yang bermandikan cahaya. Ibu, tunggu kedatanganku. Ibu, aku
merindukan hari-hari itu tiba. Semoga Allah memudahkan segalanya yah Bu.
Aamiin!!!
Ibu, sesungguhnya Allah Maha penyayang
lagi maha pengasih. Aku yakin Allah akan mengabulkan keinginan hambanya yang
senantiasa bertaqwa kepadanya.
Ibu aku akan mengingat semua pesanmu,
pesan yang engkau ucapkan ketika kita bertatap muka berdua di kamarku, untuk
selalu menyayangi dan mencintai kakak-kakakku dan adik-adikku, untuk menggapai
cita-citaku setinggi-tingginya, untuk tidak sekali pun meninggalkan shalat lima
waktu. Ibu aku akan mengingat semua pelajaran hidup yang engkau ajarkan
kepadaku, akau akan berusaha, bekerja keras dan bersabar dalam menjalaninya.
Terimakasih Ibu,
Aku mencintaimu, I Love You Mam,
Aku anakmu, La Ode Sahrul Ramadan.
"aku sedang membangun sebuah istana di surga, mempersiapkan pakaian surga dan mahkota yg cahayanya lebih baik dari cahaya matahari".
BalasHapusSemoga senantiasa dikuatkan. Sebab kadang-kadang, bukan pencapaiannya yg susah, melainkan kemampuan seseorang untuk ttp bertahan (baca: istiqamah).
Barokallah..
Syukran..!!!
HapusInsya Allah saya akan menikmati setiap prosesnya dengan cinta.
Semoga Allah membalas cintaku, cinta kita kepadaNya, dengan menghadiankan Instiqamah dalam hati-hati kita.
Keep Istiqamah Till The End (KITTE). Slogan baruku.!!!